Hubungan Tattoo 'Demi Tuhan ku Mencitai Mama' dengan Pertobatan Man Rambo Sebagai Preman
Man Rambo mengaku telah menjajal 'kerasnya' bertahan hidup di Ibukota Jakarta maupun di Surabaya medio tahun 70 hingga 80-an
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pegiat anti narkoba bernama Satuman (57) mulai dikenal publik atas kampanyenya menyosialisasikan bahaya narkoba dengan cara berjalan kaki dari Surabaya ke Jakarta.
Pria yang sering disapa Man Rambo ini menyimpan segudang cerita saat dirinya masih berada di lingkungan yang kelam.
Baca: Teror di Pospam Kartasura : Terduga Masuk Kategori Lone Wolf Hingga Pernah Diingatkan Orangtua
Ia pun tak segan membagikan ceritanya tersebut.
Man Rambo mengaku telah menjajal 'kerasnya' bertahan hidup di Ibukota Jakarta maupun di Surabaya medio tahun 70 hingga 80-an.
Terluka karena berkelahi dengan tangan kosong, senjata tajam, dihujam timah panas polisi hingga mendekam selama 12 tahun di Penjara Kalisosok, Surabaya pernah dia jalani.
"Banyak cerita yang enggak saya banggakan, tapi itu perjalanan hidup saya. Saya dulu preman, pernah dipenjara juga. Sudah saya lalui semua, Alhamdulilah sekarang saya bisa jadi orang yang lebih baik," kata Man Rambo di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/6/2019).
Pun pernah berkutat di dunia kriminal, Man Rambo bersyukur tak pernah menjajal kenikmatan sesaat yang ditawarkan jerat narkotika.
Namun dari semuanya, yang sangat dia syukuri yakni kisah cintanya dengan mendiang istri bernama Halimah, perempuan yang mampu mengubah hidupnya.
"Semenjak saya kenal cinta, saya berubah. Saya bisa berubah jadi lebih baik ya setelah menikah dengan almarhum istri saya. Kalau enggak mengenal cinta dan almarhum istri saya enggak tahu sekarang bagaimana," ujarnya.
Pertemuannya dengan almarhumah sang istri terjadi di Surabaya sekitar tahun 1990 an atau tak lama usai menjalani hukuman penjara ketiganya di Penjara Kalisosok.
Setelah menikah, dia sepenuhnya meninggalkan dunia kelam dan beralih profesi jadi sopir angkot di Surabaya hingga sekarang.
"Enggak lama saya keluar penjara saya menikah, sekitar 15 tahun saya hidup bersama istri. Sampai akhirnya dia meninggal karena sakit, kalau anak saya enggak punya. Tapi ada anak tiri," tuturnya.
Nama Man Rambo yang sendiri merupakan kependekan dari Manusia Raja Mabok, sebutan yang tak lagi dibanggakan namun masih melekat pada dirinya.
Malang-melintang di ranah kriminal Ibu Kota dan Surabaya selama puluhan tahun membuatnya tak sulit menemukan alasan untuk meninggalkan dunia yang memberinya segunung kisah.
"Setelah menikah saya mikir, kalau saya dipenjara lagi bagaimana nasib istri saya. Bagaimana kalau nanti saya punya anak, siapa yang kasih makan mereka kalau saya dipenjara. Saya dipenjara dapat makan, tapi anak dan istri saya bagaimana?" lanjut Man Rambo.