Cerita Orangtua Bayi Kembar Siam di Bekasi: Seperti Mimpi, Butuh Rp 1 Miliar Hingga Bantuan Pemkot
Romi mengaku, sebetulnya perasaan dia dan sang istri Ika Mutia Sari (30) telah rapuh dengan kejadian ini
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Kelahiran bayi kembar siam terjadi di Kota Bekasi.
Romi Darma Rachim (35) selaku orangtua mengungkapkan kondisi bayi kembar siam bernama Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi itu perlu segera dilakukan operasi pemisahan.
Baca: Bayi Kembar Siam di RSUP Sanglah Bali Belum Bisa Operasi Pemisahan
Biayanya pun tak kecil, mencapai Rp 1 miliar.
"Bagi saya ini seperti mimpi, karena biasanya melihat kabar di televisi tapi sekarang yah Allah saya ngerasain juga," ujar Romi saat ditemui di rumahnya, Gang Pojok Jalan Bintara Jaya IV RT 14/09, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Senin (29/7/2019).
Romi mengaku, sebetulnya perasaan dia dan sang istri Ika Mutia Sari (30) telah rapuh dengan kejadian ini.
Namun di depan orang lain mereka berusaha kuat dan berharap agar pemerintah bisa membantu proses pemisahaan bayi kembar siam yang kini berusia 10 bulan ini.
Sebab, kata dia, biaya operasi pemisahan mereka menelan biaya sekitar Rp 1 miliar.
Baca: Bayi Kembar Siam di Bali Lahir dengan Dada dan Perut Berdempetan dan Kelainan Jantung
Angka sebesar itu, merupakan estimasi biaya dari di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat yang menangani kelahiran Rahman dan Rahim.
"Kalau ditanya biaya, jujur saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya hanya bekerja sebagai penjaga parkir di Ruko Bekasi Mas, Kota Bekasi sedangkan istri kerja di Grand Mal Bekasi," katanya.
Kisah Kandungan Istri
Pasangan mana yang tidak senang mendapat kabar akan memperoleh keturunan, apalagi si jabang bayi akan terlahir kembar.
Perasaan ini yang dialami oleh Romi Darma Rachim (35) dan Ika Mutia Sari (30) warga Gang Pojok Jalan Bintara Jaya IV RT 14/09, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Baca: Kehamilan Ibu dari Bayi Kembar Siam Tidak Terdaftar di Bidan Desa Haur Gading
Saat tahu Ika tengah mengandung, Romi merasa senang. Apalagi saat dicek lewat alat ultrasonigrafi (USG), Ika terungkap sedang mengandung anak kembar.
Di keluarganya, Ika memang memiliki riwayat anak kembar. Akan tetapi, kesenangan itu tidak bertahan lama.
Baca: Ronnie dan Donnie Galyon Mencatat Rekor sebagai Saudara Kembar Siam Tertua di Dunia
Saat dicek lewat USG pada usia kandungan tiga bulan, bidan di dekat rumahnya dibikin bingung oleh penampakan yang ada di layar monitor USG.
"Bidannya sempat bingung dengan gambarnya, ini si kembar dempet atau pisah. Gambarnya bikin bingung karena alat USG masih berupa 2 dimensi," ujar Romi pada Senin (29/7/2019).
USG 4 Dimensi
Romi mengatakan, bidan kemudian menyarankan mereka agar mengecek kondisi si jabang bayi lewat alat USG 4 dimensi yang ada di klinik lain.
Sebulan kemudian, mereka lalu bertolak ke klinik yang memiliki alat USG 4 dimensi di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur atas saran bidan.
Baca: Bayi Kembar Siam Asal Subang Jalani CT Scan Besok
"Di USG 4 dimensi akhirnya kelihatan dan pas tahu kondisinya mepet begini saya langsung nge-drop. Ya Allah ini kembar siam," kata Romi.
Meski kembar siam, namun Romi lebih memilih mempertahankan si jabang bayi. Sementara istrinya Ika, tak henti-hentinya menangis.
Romi sengaja mempertahankan si jabang bayi karena yakin, Tuhan Yang Maha Kuasa sedang memberikan ujian kepada keluarganya.
"Saya yakin karena mungkin itu sudah jalannya. Malah kalau digugurin nanti saya yang dosa, mungkin ini anak mau hidup," jelasnya.
Saat kandungan menginjak usia lima bulan, Romi lalu membawa istrinya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi untuk menjalani pemeriksaan rutin.
Namun karena minimnya peralatan di sana, Ika dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat / RSUP Persahabatan, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.
Selama menjalani pemeriksaan rutin, Romi mengaku tidak mengeluarkan biaya sepeser pun. Sebab dia menggunakan fasilitas Kartu Sehat berbasis Nomor Induk Kependudukan (KS NIK) milik Kota Bekasi.
Akan tetapi, keterbatasan boks bayi khusus di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) membuat RSUP Persahabatan tidak bisa mengatasi kelahiran bayi kembar siam yang dikandung Ika.
Oleh dokter RSUP Persahabatan, mereka kembali dirujuk ke Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat karena peralatan di sana sangat lengkap.
Baca: Kehamilan Ibu dari Bayi Kembar Siam Tidak Terdaftar di Bidan Desa Haur Gading
"Akhirnya istri kontrol di sana sampai melahirkan di RS Harapan Kita. Operasi caesar yang dijalani istri juga mendadak karena air ketuban pecah sata usia kandungan delapan bulan," ungkapnya.
Dengan menggunakan transportasi mobil online, pada 24 September 2018 malam mereka kemudian bertolak ke RS Harapan Kita.
Lahir Secara Caesar
Di sana, Ika menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak ketiga dan keempatnya secara bersamaan.
"Setelah lahir, Rahman dan Rahim juga sempat mendapat perawatan di sana sekitar sebulan di ruang Nicu. Biayanya kalau nggak salah sekitar Rp 3 juta per hari, tapi alhamdulillah saya gratis karena pakai KS NIK," katanya.
Kelahiran putra ketiga dan bungsunya ini membuat perasaan Romi bercampur aduk. Di satu sisi dia senang atas kelahiran putranya, di sisi lain dia merasa sedih karena terlahir dalam keadaan kembar siam.
Bahkan setelah anaknya dilahirkan, air susu ibu (ASI) Ika tidak keluar karena adanya tekanan psikis atas kondisi putra kembarnya.
"Selama ini si kembar hanya dikasih susu formula dan biskuit saja, karena ASI istri saya nggak keluar yah kemungkinan karena kepikiran melihat anak saya begini," jelasnya.
Menunggu Operasi
Berdasarkan informasi yang di dapat, saat ini pihak RS Harapan Kita sedang mengupayakan agar biaya proses pemisahan Rahman dan Rahim bisa ditanggung pemerintah pusat.
Kata dia, rumah sakit sudah mengusulkan proposal ke Kementerian Kesehatan.
"Biayanya sangat besar, sekitar Rp 1 miliar, bahkan informasi yang saya terima dari relawan pak Wali dan pak Wakil mereka mau membantu mendorong agar proses pemisahan Rahman dan Rahim ditanggung KS NIK," imbuhnya.
Kata dia, rumah sakit belum mengeluarkan keputusan agar Rahman dan Rahim untuk dioperasi pemisahan. Sebab diperlukan observasi dan penanganan khusus karena kondisi organ jantung dan hati mereka menyatu.
"Pihak rumah sakit juga menunggu waktu yang tepat untuk mengoperasi mereka karena jantung dan hatinya menyatu jadi perlu kehati-hatian," katanya.
Pemkot Bekasi beri bantuan
Akhirnya Dinas Kesehatan Kota Bekasi menjamin akan menanggung biaya operasi pemisahan bayi kembar siam dari Bekasi meski menelan dana sekitar Rp 1 miliar.
Tahap awal, Pemerintah Kota Bekasi akan menjalin koordinasi dengan Rumah Sakit Anak dan Bunda / RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat yang menangani proses kelahiran bayi kembar siam, Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi yang berusia 10 bulan ini.
"Informasinya tersebut sudah saya terima dari Kepala Puskesmas Bintara Jaya hari ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati pada Senin (29/7/2019).
Selain itu, lembaganya juga perlu mengetahui tindakan selanjutnya pascapembedahan sekaligus segala risiko yang terjadi setelah proses operasi.
"Kita juga harus menghitung estimasi biayanya dan saya juga harus melaporkan hal ini ke beliau (Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi," ujar Tanti.
Mengenai berat badan mereka, kata Tanti, angka 10 kilogram untuk ukuran dua bayi memang jauh dari berat ideal. Padahal di usia 10 bulan, seharusnya satu bayi memiliki berat badan 10-12 kilogram.
"Itulah makanya, saya minta ke Kepala Puskesmas untuk melaporkan secara tertulis mengenai kondisi medis si bayi. Dari situ akan ada penanganan lanjut, termasuk proses pemisahan mereka," imbuhnya.
Nasib malang dialami bayi kembar siam bernama Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi berusia 10 bulan di Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Tidak hanya tubuhnya yang menyatu, namun organ jantung dan hatinya bahkan menyatu sehingga aktivitas mereka sangat terbatas.
Bayi kembar pasangan suami istri (pasutri) Romi Darma Rachim (35) dan Ika Mutia Sari (30) ini lahir dengan cara dicaesar di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat pada 24 September 2018 lalu.
Meski bertahan hingga sampai usia 10 bulan, namun bayi mungil ini perlu mendapat bantuan.
Apalagi bobot badannya tidak ideal seperti bayi seusianya. Saat ditimbang di rumah sakit, berat badan badan mereka hanya 10 kilogram dengan usia 10 bulan.
Meski organ jantung dan hatinya menyatu, namun mereka masing-masing memiliki organ tersebut. Hanya saja kinerjanya tidak maksimal karena posisinya saling menempel antara tubuh Rahman dan Rahim.
Selain tubuh dan organnya menyatu, satu dari dua bayi kembar itu ada yang menderita kelainan otak bawaan atau istilah medisnya dandy walker syndrome. Kondisi ini dialami oleh Rahim, yang merupakan bungsu dari empat saudara.
Sementara sang kakak kembar siam yakni Rahman, kondisinya sehat. Bahkan organ jantung Rahman membantu denyut jantung sang adik yang dianggap dokter cukup lemah untuk memompa darah.
"Si Rahman kalau dipanggil pasti dia merespon seperti mencari-cari orang yang memanggil, tapi kalau Rahim cenderung diam. Mungkin karena bawaan dari penyakit dandy walker syndrome," ujar Romi.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul : Bayi Kembar Siam dari Bekasi: Jantung dan Hati Menyatu, Butuh Biaya Operasi Rp 1 Miliar
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.