Kisah Abdullah, Jadi Badut Jalanan untuk Hidupi Nafkah Keluarga
Pulang seminggu sekali, Abdullah (28) rela tidur di emperan toko demi hemat ongkos.
Editor: Hasanudin Aco
"Tahu-tahunya malah salah, pas dikonveksi malah rendah banget penghasilannya cuma Rp 300 ribu perminggu padahal sudah jual gerobak vermak. Di situ akhirnya saya tahan-tahan sampai 1 tahun," tambahnya.
• Indra Sjafri Ungkap Dua Kunci Sukses Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Thailand di SEA Games 2019
Selanjutnya, di tahun 2009, Abdullah yang sudah berkeluarga berusaha mencari pekerjaan lain dan pindah lagi ke Depok.
Setibanya di Depok, ia mengatakan bertemu dengan penyewa kostum badut seharga Rp 40 ribu perhari.
"Namanya ada keluarga, masa saya mau bertahan dengan gaji segitu seminggu. Akhirnya jadi badut. Waktu itu saya keliling bukan menetap seperti ini. Alhamdulillah sehari dapat Rp 100-150 ribu," ungkapnya.
Saat berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, sampailah Abdullah di Sumir.
Selama sebulan dia mengamati wilayah tersebut yang selalu ramai dan cenderung macet, namun tak ada petugas yang berjaga.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi badut di lokasi tersebut di tahun 2017 lalu.
"Di Depok banyak persimpangan, tapi banyak petugas jadi diusirin. Pas kebetulan saya tahu lokasi di sini aman, saya dari rumah naik angkot dan turun di sini," katanya.
Kendati demikian, Abdullah menjelaskan penghasilannya tetaplah sama. Selalu berkisar Rp 100-150 ribu.
Hanya saja ketika menetap ia bisa menyimpan tenaganya lebih banyak ketimbang berkeliling.
Pulang Seminggu Sekali
Meskipun sudah 2 tahun berada di lokasi tersebut, Abdullah menceritakan sejak satu setengah bulan lalu ia hanya pulang seminggu sekali.
Hal ini lantaran kostum yang masih menyewa dan ongkos pulang pergi (PP).
Sehingga ia memutuskan baru pulang ke rumahnya di Jalan Kampung Lio RT 5/20, Depok, Jawa Barat setiap hari Senin atau Selasa malam.