Tawuran Manggarai dan Akar Masalah yang Tak Dilirik Secara Serius oleh Pemerintah
Tawuran antarwarga di awal Desember itu merupakan yang ketujuh sepanjang tahun 2019 ini
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Tawuran itu melibatkan tiga kelompok massa lintas kota, yakni warga Manggarai Selatan (Magazen) Tebet, Jakarta Selatan; warga Tambak, Jakarta Pusat, dan warga Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat.
Tawuran itu berlangsung hingga keesokan harinya, di tempat yang tak jauh beda. Jadwal perjalanan KRL jadi kacau pada dua hari itu, terutama dari sore hingga malam.
Tawuran kemudian pecah lagi pada 3 September, lagi-lagi antara warga Magazen versus Menteng Tenggulun.
Seperti episode sebelumnya, tawuran September berlanjut sampai 4 September 2019, bahkan dengan eskalasi konflik yang makin panas.
Seorang warga kritis kena bacok, dua rumah warga rusak, dan power supply KRL yang tengah melintas memercikkan api karena dihantam batu.
Dari tawuran September, polisi menjaring delapan pemuda yang terbukti positif mengonsumsi narkoba.
Empat di antaranya disebut memakai narkoba waktu tawuran.
Sejak saat ini, polisi memunculkan dugaan bahwa beberapa orang memanfaatkan tawuran di Manggarai untuk sembunyi-sembunyi mengedarkan narkoba.
Pada penghujung Oktober, persisnya tanggal 29, Briptu Daru yang berjaga di daerah itu kena bacok di tangan dan punggung saat tawuran kembali pecah di Manggarai.
Baca: Pembangunan Jalan Trans Papua Terhambat Akibat Sejumlah Peristiwa Penembakan oleh KKB
Ia selamat setelah dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.
Camat Tebet, Dyan Airlangga menduga ada ajakan lewat media sosial sebelum tawuran itu meletus.
Wajah warga miskin kota
Kawasan Manggarai dan sekitarnya merupakan contoh nyata ironi Ibu Kota.