Tawuran Manggarai dan Akar Masalah yang Tak Dilirik Secara Serius oleh Pemerintah
Tawuran antarwarga di awal Desember itu merupakan yang ketujuh sepanjang tahun 2019 ini
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Di balik derap pembangunan yang begitu gegap di Jakarta, tak sedikit yang tersisih dan akhirnya terlindas.
Baca: Cerita Sartiah, Nenek Berusia 120 Tahun dari Cilincing Jakarta Utara
Manggarai ada di pusat Jakarta walau bukan jantung peradaban modernnya.
Kawasan Manggarai jadi pusaran masalah sosial yang melibatkan kaum miskin kota.
“Di sana ada berbagai macam kegiatan orang bertahan hidup. Dari yang legal maupun ilegal, bercampur-baur di sana. Ada pemukiman isinya orang mabuk, peredaran narkoba, itu semua segala macam underground activity,” kata sosiolog Imam Prasodjo kepada Kompas.com, Senin (2/12/2019).
Imam mengatakan, masalah-masalah sosial kaum miskin kota di Manggarai semakin pelik seiring kian “rakusnya” Jakarta.
Mereka yang tercecer dari laju "peradaban modern” akhirnya harus berdamai dengan kemiskinan struktural.
Remaja kehilangan perhatian dan waktu bersama keluarga, misalnya, karena kedua orangtuanya sibuk kerja serabutan mencari nafkah.
Rumah yang sempit makin tak layak huni karena didiami hingga belasan orang.
Para remaja akhirnya mencari tempat bernaung baru, gangster.
Ini baru satu mata rantai kemiskinan yang berhasil dipotret Imam Prasodjo dan timnya ketika melakukan penelitian selama beberapa tahun.
Celakanya, pemerintah dan polisi seringkali rabun memandang masalah itu.
Rumitnya proses sosial di pelosok-pelosok Manggarai akhirnya tak pernah ditelaah secara detail oleh pemerintah maupun polisi.
“Selalu yang dijadikan alasan (di balik tawuran Manggarai) adalah provokator. Masa dari dulu teorinya provokator terus, yang benar saja?” kata Imam.