Agus Surya Bakti: Masyarakat Punya Peran Penting Wujudkan Bela Negara Dalam Menangkal Radikalisme
Dalam menyambut Hari Bela Negara yang jatuh setiap tanggal 19 Desember, pengamat terorisme, Letjen TNI (Purn) Agus Surya Bakti, M.I.Kom
Editor: Toni Bramantoro
Menurutnya, kalau totalitas kemampuan masyarakat dalam mewujudkan bela negara itu bisa berhasil dengan sebaik-baiknya pada bidang kehidupannya masing-masing, maka akan tercipta sebuah lingkungan masyarakat yang pahan dan mampu menghadapi radikalisme negatif tadi,
“Sebenarnya orang yang mempunya paham radikalsime negarif itu hanya beberapa gelintir orang saja. Tetapi jika beberapa gelintir itu bisa kita ajak untuk menjadi damai, saya kira kondisi itu akan menjadi kondisi yang kondusif. Begitu sudah kondusif, maka dia menjadi sebuah daya tangkal yang baik bagi bagi infiltrasi radikalisme negatif tadi,” kata mantan Danrem 152/Babullah, Kodam XVI/Pattimura ini
Dikatakannya, selama ini masyarakat seolah-olah cuek dan tidak peduli untuk melakukan upaya bela negara karena kurang sekali mendapatkan panutan atau mendapatkan contoh-contoh yang baik. Kemudian di sisi lain perkembangan teknologi, budaya yang masuk ke negara kita begitu masif. Yang mana mereka masuk ke semua lini kehidupan melalui dunia maya yang tidak bisa di filter.
“Itu salah satu kendalanya, bagaimana peranan perkembangan teknologi itu yang tidak bisa kita filter dengan baik. Seorang anak yang belajar dengan menggunakan dunia maya tidak didampingi dengan orang tua yang baik. Dari situlah mulai ada kelompok-kelompok anak muda yang aneh dan berpikiran radikal negatif. Kalau tu tidak kita sadarkan, tentunya dia akan bisa menambah kekuatan dan kalau dibiarkan bisa menjadi ancaman besar terhadap bangsa ini,” ujar mantan Komandan Grup 3/Sandi Yudha Kopassus ini
Untuk itulah saat dirinya dulu menjabat sebagai Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dirinya telah mencanangkan program dibentuknya Duta Damai di Dunia Maya.
Dan menurutnya Duta Damai di Dunia Maya inijuga bisa dikatakan sebagai bela negara dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme melalui dunia maya.
“Saya membuat dan mewujudkan sebuah program Duta Damai di Dunia Maya karena pada saat itu dunia maya ini dipenuhi dengan “hutan belantara hitam” yang tidak jelas isinya. Konten seperti mau buat bom mau memusihi orang tua ada. Bagaimana cara membunuh pun juga ada. Dan itu tentunya sangat berbahaya sekali kalau dibiarkan,” ujar bapak dua anak ini.
Oleh karena itu menurutnya, Duta Damai di Dunia Maya ini ditujukan bagaimana untuk membuat kontra narasi terhadap narasi-narasi negatif dan kekerasan yang beredar di dunia maya. Yang mana generasi muda sekolah mulai SMP, SMA, mahasiswa menjadi targetnya untuk melakukan bela negara melalui dunua maya.
“Karena mereka ini merupakan kader-kader penerus dalam membangun bangsa kita agar bisa lebih maju kedepannya. Kita ajak mereka semuanya yang suka bermain gadged, yang terhubung dengan internet ini bisa berkontribusi untuk memberikan pandangan yang positif. Kalau kita tidak menciptakan kontra narasi yang positif pikiran masyarakat itu akan terisi hal-hal negatif terus,” ujar mantan Komandan Pusdik Intel Kodiklat Angkatan Darat ini
Untuk itu dalam melakukan bela negara ini dirinya meminta kepada seluruh masyarakat untuk bisa mewujudkan negara Indonesia yang damai, aman, nyaman dan sejahtera melalui dunia maya. Hal ini tentunya bisa menjadi kekuatan moral atau program narasi yang sangat kuat yang bisa dilakukan BNPT dalam rangka mewujudkan dunia maya yang damai.
“Apalagi BNPT punya stakeholder, dimana BNPT punya peran untuk mensinergikan semua kekuatan kementerian mengenai bagaimana cara memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui program-programnya dan itu sangat strategis. Dan itu harus terus dilanjutkan dan mungkin perlu dimodifikasi dengan situasi di zaman sekarang,” katanya mengakhiri.