Peringatan Dini Banjir Pakai Pengeras Suara Dinilai Tak Efektif, Anies Disarankan Pakai Warisan Ahok
Cara seperti itu disebut William tidak efektif lantaran pengeras suara hanya bisa menjangkau masyarakat dalam radius 500 meter
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gunernur DKI Jakarta Anies Baswedan disarankan untuk menggunakan aplikasi 'Pantau Banjir' warisan gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok.
Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI William Aditya Sarana mengusulkan hal itu dalam rangka menanggapi rencana Pemprov DKI melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang akan menggelontorkan anggaran Rp 4 miliar untuk membeli enam set pengeras suara untuk memperkuat sistem peringatan dini.
Terlebih saat ini, hampir seluruh warga Jakarta memiliki telepon seluler dan kebanyakan di antaranya adalah ponsel pintar.
"Aplikasi berbasis internet gawai seharusnya lebih efektif dan lebih murah ketimbang memasang pengeras duara yang hanya dapat menjangkau radius 500 meter di sekitarnya," ucapnya, Kamis (16/1/2020).
Melalui aplikasi tersebut, politisi muda menyebut, masyarakat bisa melihat kondisi pintu air, kondisi pompa air, ketingyuan air di setiap RW jika banjir, dan otomatif bisa mendapat pemberitahuan jika ada potensi banjir di suatu wilayah.
Namun sangat disayangkan, fitur Siaga Banjir pada aplikasi Pantau Banjir telah dihilangkan pada versi 3.2.8 hasil update 13 Januari 2020.
"Saya tidak tahu pasti kapan fitur ini dihilangkan, yang jelas pada versi terbari saat ini sudah tidak ada lagi," ujarnya.
Seperti diketahui, BPBD berencana membeli enam set perangkat pengeras suara canggih untuk memperkuat sistem peringatan dini.
Dari Rp 4 miliar yang berasal dari APBD 2020 pun telah disiapkan untuk membeli perangkat tersebut.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapudatin) BPBD M. Ridwan mengatakan, pengeras suara yang dinamakan Disaster Warning System (DWS) ini tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD DKI.
"Alatnya memang pakai toa, tapi bukan menggunakan toa seperti yang ada di masjid," ucapnya, Rabu (15/1/2020).
Alat ini akan digunkan oleh BPBD untuk memperingati warga yang berada di bantaran sungai saat tinggi muka air di pintu air mencapai siaga tiga atau masuk kategori waspada.
"Kalau tambah pakai toa kan akan menjadi lebih bagus untuk melengkapi informasi ke warga," ujarnya saat dikonfirmasi.
Baca: Tolak Wacana Pansus Banjir, Fraksi PKS DPRD DKI Sebut Bernuansa Politis