Tangis Airin Pecah, Curhat Soal Warga Tangsel yang Kena Covid-19, Diteror Dianggap Sumber Penularan
Airin Rachmi Diany tak tertahankan lagi. Air matanya tumpah saat menceritakan dinamika kasus Covid-19 di wilayahnya.
Editor: Anita K Wardhani
"Di Pamulang, ada seorang suami yang positif, keluarganya juga, bahkan ada yang meninggal dan mereka memerhatikan keluarganya," ujarnya.
Tak ada yang menyangka, virus corona atau Covid-19 akan menyebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia dengan begitu cepatnya.
Baca: Sebulan di Rumah, Giring Ganesha Putar Otak Agar Tidak Gila
Baca: Tio Pakusadewo Jalani Rapid Test Usai Ditangkap karena Narkoba, Hasilnya Negatif Virus Corona
Curhat, Tak Menyangka Covid-19 Menyebar Begitu Cepat
Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Airin Rachmi Diany curhat soal covid-19
Dalam pidatonya saat meresmikan Rumah Lawan Covid-19, di Ciater, Serpong, Tangsel, Selasa (14/4/2020), Airin curhat.
Sejak awal Januari corona menyebar di Wuhan, Cina, Airin mengaku cuek dan percaya dengan pemerintah pusat.
Sampai pada awal Maret, korban pertama Covid-19 muncul di Depok.
Orang nomor satu di Tangsel itu kaget, saat pertengahan Maret, seorang warganya meninggal dunia.
"Tuhan punya kehendak, segala kekuasaan punya Allah. Ternyata begitu cepat penularan virus corona. Dari Depok ke Jakarta dan ke tempat yang lainnya. 12 Maret ada warga kita yang meninggal tapi pada saat itu dinyatakan negatif. Notifikasi tanggal 16 menunjukkan positif."
"Jujur Pak, waktu itu saya kaget secara pribadi," ujarnya.
Saat itu Airin langsung menekan Kepala Dinas Kesehatannya untuk menelusuri riwayat perjalanan hingga pertemuan warganya yang positif ataupun meninggal.
"Tiba-tiba ada yang meninggal, bukan warga kita, tapi melakukan aktivitas di BSD. Tambah lagi saya pusingnya minta ampun," ujar Airin meninggikan nadanya.
Airin Mengakui Gagap
Airin mengaku gagap dalam menangani Covid-19, sesuatu yang sama sekali baru buat dirinya yang berlatarpendidikan sarjana hukum.
"Saya sebagai pemerintah, gagap. Saya berkeluh kesah kepada wali kota yang lainnya," ujarnya.
Sebagai kepala daerah, Airin harus belajar cepat. Menyontoh negara lain hingga penanganan di kota tetangga, membuatnya perlahan memahami situasi.
"Setelah saya pelajari belajar dari negara-negara yang sudah lebih dulu, belajar dari DKI Jakarta, untuk bisa memutus mata rantai adalah bagaimana kita bekerja di hulu dan bagaimana kita bekerja di hilir," jelasnya.