Belajar dari Kesederhanaan Ismamat, Ojek Sepeda yang Bertahan di Tengah Gempuran Transportasi Online
Selasa (27/7/2021) siang, Ismamat alias Mamat mengambil tempat terbaik di bawah pohon, sambil meresapi sejuknya udara yang berhembus.
Editor: Choirul Arifin
Belasan Tahun Jadi Kuli Pelabuhan
Di tengah usianya yang hampir tembus 70 tahun, Mamat mengaku tak sedikit calon penumpang yang meragukan kemampuannya.
Mereka belum tahu, tubuh Mamat sempat terasah saat dirinya belasan tahun mencari nafkah sebagai kuli panggul di pelabuhan.
"Kadang ada aja yang nanyain, 'masih kuat?' Saya jawab, ‘masih om, kalau nggak kuat udah pulang kampung," katanya seraya berkelakar.
Mamat dulu datang dari kampungnya di Bogor untuk menjadi kuli panggul di Tanjung Priok.
Setidaknya 12 tahun waktu yang dibutuhkan Mamat untuk menjadi kuli panggul, sebelum akhirnya ia sadar bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk pekerjaan tersebut.
"Dulu jadi kuli di pelabuhan selama 12 tahun tapi abis itu udah nggak lagi, udah tua, makanya jadi tukang ojek sepeda," kata Mamat.
Akhirnya, dengan sisa-sisa uang yang ia punya, Mamat membeli sepeda ontel bekas dan bertolak menjadi tukang ojek sejak tahun 2015.
Makan Nasi Pakai Kecap
Hidup Mamat memang pas-pasan, tapi semangatnya bertahan di tengah kondisi serba sulit masih berlimpah.
Mamat bersyukur masih bisa menghidupi istri dan anaknya dengan uang yang ia tabung dari pendapatannya sehari-hari sebagai tukang ojek sepeda ontel.
Namun, kenyataan yang dijalani Mamat sempat cukup pahit.
Mamat mengaku pernah makan nasi hanya pakai kecap karena uangnya sudah habis untuk bayar kontrakan.
Apalagi ketika saat ini istrinya sedang tak memiliki pekerjaan setelah sebelumnya sebagai asisten rumah tangga.