Empat Mural Viral di Tangerang, Jakarta dan Pasuruan yang Akhirnya Dihapus Petugas
Kemunculan sejumlah mural di ibu kota, Tangerang hingga Pasuruan sempat viral dalam satu bulan ini, akhirnya mural-mural itu dihapus oleh petugas.
Penulis: Theresia Felisiani
"Nadanya kalau kami mengartikannya dapat dikatakan kritis. Cuma kan multi tafsir. Kalau kami mengartikan provokasi juga, menghasut lah. Sekarang kalau misalnya bahasanya Dipaksa Sehat di Negara Sakit, apakah memang negara kita sakit? kan jadi pertanyaan juga," imbuhnya.
Pemilik Rumah Kosong dan Pembuat Mural Dicari
Bakti menyebut, sampai saat ini Satpol PP Kabupaten Pasuruan masih mencari pemilik rumah kosong yang temboknya digambari mural tersebut.
Selain itu mereka juga mencari pembuat mural tersebut untuk melakukan klarifikasi.
"Sebenarnya saya ingin klarifikasi juga kepada pemural dan kepada pemilik rumah. Itu ceritanya bagaimana kok sampai ada mural seperti itu," pungkasnya
3. Mural Dipenjara Karena Lapar
Mural yang menarik perhatian kembali ditemukan di Kota Tangerang.
Setelah mural Jokowi 404:Not Found yang membuat gempar.
Kali ini bertuliskan 'DIPENJARA KARNA LAPAR' dengan huruf cukup besar.
Lokasi mural tepatnya berada di Jl. Gatot Subroto, kolong Fly Over Taman Cibodas, arah menuju Jatiuwung, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang.
Menurut keterangan pedagang yang berjualan di dekat lokasi mural tersebut berada, mural dibuat pada Kamis, 19 Agustus 2021 malam.
Masih menurut pedagang tersebut, mulanya ia melihat beberapa pemuda berada di lokasi sambil menggambar sesuatu di tembok.
Pedagang itu mengira gambar yang akan dibuat adalah tokoh pahlawan atau hal lain yang berhubungan dengan kemerdekaan.
"Kemarin malem itu, yang saya lihat ada beberapa orang disana yang sedang menggambar memang. Awalnya saya kira mereka gambar tokoh pahlawan, karena yang dibawa cat warna merah sama putih," ujar pedagang yang enggan menyebutkan namanya itu saat ditemui Wartakotalive.com, Jumat (20/8/2021) malam.
"Habis itu saya enggak tau lagi, kayanya tadi baru dihapus, saya tidak perhatiin soalnya itu gambar apa dan kenapa dihapus," sambungnya.
Menurut beberapa sumber Wartakotalive.com, mural tersebut dihapus oleh beberapa petugas pada pukul 19.00 WIB.
Melalui pantauan Wartakotalive.com pukul 22.00 WIB, mural tersebut sudah dihapus dengan ditiban cat berwarna putih.
Meski sudah dihapus, namun masih terlihat samar-samar tulisan mural tersebut, jika dilihat dari kejauhan.
Kemudian, kondisi jalan yang tepat berada di lokasi mural itu, terlihat bercak atau tetesan cat berwarna merah dan putih yang tercecer cukup banyak, hampir setengah badan jalan.
Selain itu juga terlihat sebuah kaleng cat semprot berwarna hitam, dengan kondisi tutup botol bertuliskan kode jenis warna abu-abu, yakni 104 Grey.
Lalu, sebuah ember cat berukuran kecil warna putih juga terlihat di trotoar di seberang tulisan itu, yang terletak di pinggir jalan lengkap dengan kuasnya.
Kondisi cat didalam ember tersebut sudah habis, namun jika dilihat masih ada sedikit cat yang tersisa di dalamnya.
Hingga saat ini, belum diketahui siapa penggambar mural tersebut dan penyebab mural bertuliskan 'DIPENJARA KARNA LAPAR' itu dihapus
4. Mural Tuhan Mau Kami Gambar!!!
Kemunculan mural kembali menuai sorotan.
Mural bertuliskan "Tuhan Mau Kami Gambar!!!" muncul di Jalan Prof Dr Satrio, Kelurahan Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Mural itu digambar dengan huruf kapital di Barrier beton kawasan tersebut.
Setidaknya ada empat barrier beton yang di satu sudutnya terdapat mural bertuliskan "Tuhan Mau Kami Gambar!!!".
Seorang pengendara motor bernama Ari mengaku melihat mural tersebut pada Senin (23/8/2021) sekira pukul 07.30 WIB.
Ia berharap petugas terkait segera menghapus mural tersebut karena dinilai tak pantas dilihat.
"Soalnya tulisan muralnya kayak gitu, ada tulisan Tuhan. Kayak nggak pantas saja gitu," kata Ari saat dikonfirmasi, Senin (24/8/2021) malam.
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Lurah Karet Kuningan Achmad Yani mengaku telah menginstruksikan petugas PPSU untuk menghapus mural tersebut.
Ia mengatakan, mural itu dihapus lantaran digambar tidak pada tempatnya.
"Sudah saya tindaklanjuti. PPSU saya perintahkan untuk langsung dibersihkan karena tulisan tersebut bukan pada tempatnya," ujar Achmad Yani.
5. Selebaran Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit Muncul di Cijantung
Selebaran bertuliskan 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' kini muncul di Jakarta Timur.
Tepatnya ditempel di Halte Wijaya Kusuma, Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo.
Beberapa waktu lalu tulisan Dipaksa Sehat di Negara yang sakit muncul dalam bentuk mural di Jalan Diponegoro, Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, pada bagian bawah kalimat 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di selebaran terdapat tagar bertuliskan #melawan Covid-19 dan #menolak dibodohi.
Didi (47), warga sekitar mengatakan dia tidak mengetahui pasti sejak kapan selebaran ditempel dan siapa sosok pembuatnya.
"Enggak tahu ya, saya sendiri baru sadar ada selebaran ditempel. Tapi sepertinya masih baru, mungkin sekitar satu atau dua hari ini, atau baru banget ditempel," kata Didi di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu (21/8/2021).
Perkiraan waktu penempelan karena para Jumat (20/8/2021) saat melintas di Jalan Raya Bogor dari arah Depok menuju Jakarta lokasi Halte Wijaya Kusuma dia tidak melihat adanya selebaran.
Kondisi kertas pun masih tampak anyar, belum lusuh meski lokasinya berada di Halte Wijaya Kusuma, Jalan Raya Bogor yang setiap hari ramai dilintasi kendaraan karena jadi akses utama.
"Kalau siapa yang nempel ya saya enggak tahu. Karena ini kan lokasinya di pinggir jalan ramai orang lewat. Kalau ditempel pas siang hari juga mungkin orang enggak sadar, karena ukurannya enggak terlalu besar," ujarnya.
Meski selebaran dengan kalimat 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di Halte Wijaya Kusuma hanya satu, tapi ada selebaran dengan pesan serupa terkait penanganan pandemi Covid-19 di lokasi.
Baca juga: Pengendara Motor di Bogor Kaget Ada Ular King Kobra Menyebrang Jalan, Ini Penampakannya
Satu lagi bertuliskan 'Berani Membatasi Harus Menghidupi. Negara Jangan Lepas Tanggung Jawab' yang di bagian bawahnya terdapat ilustrasi tampak seorang anak bersama ibunya.
Sang anak laki-laki tampak duduk menatap kosong, sementara ibunya terbaring tepat di depannya seolah tidak berdaya dan sedang menanti bantuan, di bawah ilustrasi tersemat kata 'Dirgahayu'.
"Bagus-bagus saja sih pesannya menurut saya, enggak provokator mengajak warga melawan pemerintah. Ini masih wajar sebatas kritik ya. Kalau dibilang bikin kotor ya semua Halte sekarang juga enggak ada yang bersih," tutur Didi menanggapi.
Selebaran lain di Halte Wijaya Kusuma bertuliskan 'Kalian bisa saja menghapus mural atau menyobek-nyobek selebaran. Tapi ingat, kalian tidak pernah bisa menghapus alasan kenapa sampai mural dan selebaran itu ada'.
Jarak ketiga selebaran yang ditempel di Halte Wijaya Kusuma itu hanya terpaut sekitar dua meter, dua ditempel di tembok pembatas dan satu di bagian tiang penyangga Halte. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunJakarta.com/Wartakotalive.com/Surya.co.id)