Kisah Mulyono, Sopir Ambulans Panggilan yang Kerap Rela Tidak Dibayar Demi Kemanusiaan
Mereka tak bergeming saat ditanya siapa yang biasanya mengendarai mobil prioritas utama yang kerap terparkir di halaman kelurahan itu.
Editor: Hasanudin Aco
Saat ini ia menjadi petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum atau yang biasa disebut PPSU.
Pria yang akrab disapa Pak Mul itu menceritakan kisahnya sebelum menjadi petugas PPSU sekaligus supir ambulans panggilan.
Pak Mul mulanya berkeinginan terjun ke dunia militer.
Jadi tentara adalah cita-citanya sejak kecil.
Hal itu dibuktikannya saat lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) mendaftar Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) atau yang saat ini dikenal dengan Akademi Militer (AKMIL).
Proses pendaftaran hingga bermacam-macam tes, sukses dilalui Pak Mul. Secercah harapan muncul dibenaknya.
Pak Mul sudah membayangkan ia memakai baret hijau khas pasukan infanteri angkatan darat.
Selangkah lagi harapan menjadi seorang perwira muda harus ia telan bulat-bulat.
Pak Mul gagal saat sidang Panitia Penentu Akhir (Pantukhir) di Magelang, Jawa Tengah.
Kekecewaan itu ia bawa pulang ke kediamannya, seturut dengan rasa malu dan stres.
"Saat itu saya sudah mau gila rasanya, itu orang-orang sekampung saya, sudah mengira pasti saya diterima di angkatan darat," ujar Pak Mul.
Pak Mul juga sempat menunjukkan foto rekannya semasa SMA yang juga mendaftar AKABRI, yang saat ini berpangkat Kolonel dan bertugas di Kodam IV Diponegoro.
Berangkat dari masa kekecewaannya itu, ia merantau kembali ke Jakarta, setelah semenjak SMA ia kembali ke kampung halamannya.
Pekerjaan tak kunjung ia dapatkan, ia mengaku sempat ditawari mengikuti Sekolah Calon Bintara ( SECABA) ABRI, namun ia dengan tekad bulat menolak tawaran itu.