Cerita Seorang Ibu di Depok, Anaknya Korban Gagal Ginjal Akut, Awalnya Demam dan Flu Biasa
Putri bungsunya Azqiara Anindita Nuha yang baru berusia 3,8 tahun, meninggal dunia akibat mengidap gagal ginjal akut.
Editor: Hasanudin Aco
"Sampai saat ini saya ingin tahu penyebab anak saya sakit itu apa, saya belum tahu jawabannya karena dibilangnya masih diteliti, masih diteliti. Saya itu mau tahu penyebab sakit anak saya apa," pungkasnya.
Korban Lainnya di Bantul
Kasus gagal ginjal akut yang masih misterius juga menyebabkan seorang balita meninggal dunia di Kapanewon Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta.
Hal itu masih menyisakan kesedihan bagi keluarga.
Masih teringat kuat diingatan Yusuf Maulana (44) kejadian meninggalnya bayi perempuannya berinisial ET, yang usianya baru 7 bulan lebih 2 hari pada 25 September 2022 lalu.
ET merupakan anak kelima yang lahir normal 23 Februari 2022.
Bahkan, sudah vaksin sesuai arahan, grafik pada tabel Kartu Menuju Sehat (KMS) pun selama ini juga baik, dan tidak pernah ada riwayat sakit.
"Anak saya dipanggil (meninggal) pada 25 September. Termasuk kasus yang sangat cepat," kata Yusuf, kepada wartawan di Kapanewon Banguntapan, Bantul, pada Kamis (20/10/2022) seperti dikutip dari Kompas.com.
Selama ini, anaknya hanya mengkonsumsi ASI dan makanan pendamping asi (MPASI) di bulan September.
MPASI yang dikonsumsi pun merek umum dan mengonsumsi buatan sendiri.
Kondisinya masih baik saja saat dibawa ibunya berkegiatan di sekitar rumahnya pada 16 September 2022 lalu.
Kondisi ET mulai demam, ditambah tatapan kosong pada 17 September 2022 lalu.
Saat itu juga dia merasakan air kencing anaknya mulai menurun, dan sempat berpikir jika itu karena produksi ASI ibu sedang tak terlalu banyak.
"Belum ada gejala kejang yang panjang. Jadi, kami anggap ini deman biasa tertular sama kakak-kakaknya," kata dia.
Yusuf mengatakan, sehari setelahnya, anaknya mulai kejang mulai meningkat pada 18 September 2022 lalu. Namun, dia masih mau MPASI.
19 September 2022 kejang semakin panjang, MPASI tetap lahap.
Yusuf yang saat itu menilai anaknya dehidrasi, dan memberikan susu formula (sufor) untuk pertama kali.
"Anak kami hanya mencret hari Senin jam 3 sore kali pertama dikasih sufor," kata dia.
Masih di hari itu, Yusuf membawa bayinya ke klinik di Sedayu. Lalu disarankan dibawa ke rumah sakit, dan akhirnya dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, karena jaraknya relatif dekat.
Saat itu, kondisi ET terus menurun dan dokter seingat Yusuf, menyebut fungsi paru-paru anaknya menurun.
Oleh dokter, disarankan untuk ke RSUP dr Sardjito, namun karena PICU masih mengantre, ET dibawa ke PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Di sana ET dirawat di inkubator.
Pada 20 September 2022 akhirnya ET dibawa ke RSUP Dr Sardjito.
Namun, kondisinya semakin menurun dan ternyata sejumlah organ sudah menurun fungsinya.
"Anak saya paru dulu, tapi sisanya kena semua, liver, saraf, dan pastinya ginjal. Dokter lumayan kooperatif saat menangani anak saya. Dokternya ada dokter saraf, dokter organ dalam, dokter anak," kata Yusuf.
Yusuf menceritakan, tubuh mungil ET dipasang sejumlah alat bantu, dan sang anak sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia pada 25 September 2022.
Rumah sakit mendiagnosa penyakitnya adalah acute kidney injury (AKI) atau gagal ginjal akut.
Yusuf mengatakan, pasca meninggalnya ET rumah sakit mentracing penyakit keluarganya.
Tidak ada riwayat Covid-19, dan tidak mengkonsumsi sirup paracetamol.
"Ibunya saja yang kalau dikaitkan parasetamolnya berupa tablet. Itu pun juga sebelum tanggal 16 September. Obat-obatan tidak pernah. Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit ginjal dan sebagainya. Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius," kata dia.
Dia menuturkan, penurunan kesehatan anak yang diduga menderita AKI cukup cepat.
"Secara umum seperti itu sangat cepat banget ininya menyerangnya. Itu saya kira jam demi jam itu sangat berharga karena penurunannya drastis banget," kata dia.
Jumlah Korban Mencapai 133 Anak Meninggal
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin melaporkan hingga Jumat (21/10/2022), hari ini, sudah ada 241 kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal di 22 provinsi di Indonesia.
Sedangkan ada sebanyak 133 anak meninggal karena gangguan ginjal akut.
"Sampai sekarang sudah ada laporan 241 kasus gangguan ginjal akut proegresif atipikal atau (AKI) di 22 provinsi. Dengan 133 kasus kematian atau 55 persen dari total kasus," ungkapnya pada konferensi pers di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Lebih lanjut Budi menyebutkan jika AKI sebagian besar menyerang balita dengan kisaran usia di bawah lima tahun.
Sedangkan untuk gejala klinis yang muncul dimulai dengan demam, hingga kehilangan nafsu makan.
Sedangkan gejala yang spesifik terkait ginjal adalah berkurangnya buang air kecil.
Atau pasien sama sekali tidak bisa buang air kecil. Budi menyebutkan jika semenjak September, kasus yang masuk ke rumah sakit sangar cepat.
Sumber: Tribun Jakarta/Kompas.com