Pendapatan Penginapan di Kepulauan Seribu Turun 60 Persen Selama Masa Pandemi
Sektor usaha penginapan yang dikelola masyarakat di Kepulauan Seribu alami penurunan pendapatan hingga 60 persen.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penurunan jumlah wisatawan pada masa Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa terutama bagi para pelaku usaha pengelola penginapan atau homestay, termasuk di Kepulauan Seribu, Jakarta.
Sektor usaha penginapan yang dikelola masyarakat di Kepulauan Seribu alami penurunan pendapatan hingga 60 persen.
Adapun perhitungan penurunan pendapatan penginapan di Kepulauan Seribu dihitung berdasarkan perbandingan pendapatan per bulan sebelum pandemi tahun 2019 dan selama masa pandemi hingga bulan Oktober 2021.
"Dari hasil analisis data SPSS terjadi penurunan pendapatan homestay saat masa pandemi sebesar 60 persen. Sebelum pandemi rata-rata pendapatan dari homestay berkisar Rp2.643.092 per bulan menurun menjadi Rp1.057.547 per bulan," kata Ervan Ismail dalam sidang promosi doktoral (S3) program studi Komunikasi Pembangunan, di Kampus IPB University Dramaga Bogor, Rabu (7/12/2022).
Ervan mengatakan kondisi tersebut bergantung pada kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi covid-19. Seperti kebijakan pembatasan hingga penutupan tempat wisata.
Baca juga: Pemprov DKI Jadikan Kepulauan Seribu sebagai Pusat Konservasi Ekologi hingga Hadirkan JakGrosir
Keberadaan penginapan dengan wisatawan tidak dapat terpisahkan. Bidang bisnis dengan manajemen sederhana yang dikelola oleh keluarga yang didominasi kelompok ibu rumah tangga ini hanya mengandalkan pendapatan sewa dari wisatawan semata.
Dari hasil penelitian, Ervan memaparkan bahwa dominasi kaum ibu rumah tangga dalam pengelolaan homestay sebanyak 38,9 persen, hal ini menunjukkan kesesuaian bidang usaha homestay cocok dengan karakter perempuan, ibu rumah tangga yang menjadi bagian keseharian pekerjaan rutin seputar rumah tangga di pulau-pulau kecil. Sementara 23,5 persen lainnya merupakan nelayan.
"Dari gambaran ini, pengelolaan homestay bisa merupakan pekerjaan tambahan yang relatif mudah dan memungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk pada sektor pariwisata di pulau-pulau kecil," terang dia.
Apalagi menurutnya tempat penginapan bagi wisatawan juga tidak memerlukan keterampilan khusus dan biaya operasional bulanan yang besar, melainkan hanya perlu pemeliharaan kebersihan.
"Sehingga sangat cocok untuk di kembangkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata pada pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh Indonesia," pungkasnya.