Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengungsian Berakhir, Warga RW 01 Korban Kebakaran Depo Plumpang Diberi Dana Tinggal di Kontrakan

Ketua RW mengatakan, belum mengetahui nominal dana bantuan yang akan diberikan Pemerintah itu.

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Erik S
zoom-in Pengungsian Berakhir, Warga RW 01 Korban Kebakaran Depo Plumpang Diberi Dana Tinggal di Kontrakan
Tribunnews/Ibriza Fasti Ifhami
Bambang Setiyono, selaku Ketua RW 01 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara mengungkapkan, warganya akan diberikan dana untuk tinggal sementara di rumah kontrakan 

Sebab, lanjutnya, PMI Jakut akan mengurus para warga terdampak sesuai amanah dari Ketua Umum Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla (JK).

"Kita akan tetap mengurus sesuai amanah pak JK. Kita akan urus mereka-mereka yang memang terdampak betul terhadap peristiwa kemarin," ungkapnya.

Lebih lanjut, soal keberlanjutan penyediaan tenda pengungsian itu. Nurhasanudin mengatakan, memang akan memulangkan pengungsi yang rumahnya sudah layak dihuni kembali.

"Tapi bagi yang rumahnya sudah layak atau sebagainya kita akan pulangkan mereka," ujarnya.

Sehingga, jelasnya, pengungsian warga itu dipindahkan ke rumah masing-masing.

"Untuk kebutuhan suplainyabkita akan suplai dari sini. Butuh apa, misalnya air minum kita suplai," jelas Nurhasanudin.

"Jadi jadikan rumah mereka itu pengungsian," sambungnya.

Berita Rekomendasi

Menurut Nurhasanudin, pengungsian di rumah warga justru lebih layak dibandingkan pengungsian di Kantor PMI Jakut.

"Sebenarnya lebih layak di sana. Seburuk-buruknya rumah ya tetap lebih nyaman di rumah."

Sebelumnya, Didah Rosidah (40), satu di antara korban selamat kebakaran Pertamina Plumpang mengaku, rumahnya sudah ludes dilahap si jago merah.

Sejak insiden kebakaran maut, pada Jumat (23/3/2023) malam itu, Didah mengatakan, belum sempat melihat lagi kondisi rumah dan harta bendanya yang sudah tidak bersisa.

Meski demikian, Didah mengaku bersyukur, dia, sang suami dan anak semata wayangnya bisa selamat dari insiden maut itu.

Saat diwawancarai Tribunnews.com, Didah mengatakan, dia merupakan pemilik rumah kontrakan.

Dia memiliki empat unit rumah berbentuk tiga petak, yang dikontrakannya untuk para pekerja.

"Rumah (utama) 2 tingkat, habis semua (terbakar). Kamar di bawah ada 2. Di atas 4," kata Didah, saat ditemui di pengungsian di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara, Senin (6/3/2023).

"Ada yang ngontrak di atas. 3 petak (bentuk kontrakannya). Hangus semua barang-barangnya yang ngontrak. Kontrakan punya sendiri," sambungnya.

Soal kontrakannya itu, Didah mengaku khawatir, bukan hanya karena barang-barang para pengontrak yang ikut hangus terbakar, tapi juga karena dia belum bertemu lagi dengan para pengontrak usai kejadian nahas itu.

"Kita enggak tahu pada kemana (pengontrak). Khawatir barang-barang mereka udah hangus semua. Pengen ketemu, tapi hape saya juga terbakar pas lagi di-charge. (Jadi) enggak ada komunikasi," ungkapnya.

Baca juga: Cari Orangtuanya yang Hilang, Pemuda di Koja Terlibat Saling Dorong dengan Aparat Kepolisian

Sementara itu, Didah mengaharapkan kebijakan dari Pemerintah terkait tempat tinggal untuk kedepannya.

Terlebih, kata Didah, ia mendengar informasi bahwa tenda pengungsian untuk para korban kebakaran dari pihak PMI akan berakhir, pada Rabu (8/3/2023).

"Iya pengennya gimana, pengungsian sampai hari ke berapa kan. Dengar-dengar 5 hari kan. Dengar-dengar hari Rabu terakhir," katanya.

"Kebijakan dari Pemerintah gimana ini. Rumah belum beres. Apa kita di sini. Mau dibikinin tenda atau gimana. Harus gimana ini, masa mau di sini aja. Kita mau kemana," sambungnya.

Lebih lanjut, Didah mengatakan, belum ada komunikasi, baik dari Pemerintah ataupun PMI soal tempat tinggal para pengungsi kedepannya.

"Sama sekali enggak ada rumah. Pada kebingungan," katanya.

Didah berharap, ada bantuan dari Pemerintah, sehingga kediamannya bisa direnovasi dan bisa dihuni kembali.

"Pengennya dibangun lagi, biar utuh rumah. Pengennya buru-buru. Kita juga butuh tempat tinggal," ungkap Didah.

Ia mengaku bekerja. Sedangkan, sang suami berprofesi sebagai pengendara ojek online (ojol).

Meski demikian, Didah mengaku, kondisi ekonomi ia dan sang suami, sudah tak menyanggupi lagi untuk merenovasi rumah dan kontrakannya itu.

"Kondisi keuangan, boro-boro buat ngebangun (rumah dan kontrakan). Sehari-hari juga susah," ungkapnya.

"Rakyat ini gimana, sedangkan rumah habis semua."

Sementara itu, Didah mengatakan, belum ada upaya komunikasi perihal bantuan tempat tinggal itu antara warga dengan Pemerintah.

Namun, lanjutnya, para kepala keluarga baru menemui Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) setempat.

Sebelumnya, Rohayah (53), satu di antara warga yang selamat dari insiden Kebakaran Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023).

Ia ditemui Tribunnews.com, di tenda pengungsian di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI), Jakarta Utara

Warga RT 6 RW 1, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara itu mengatakan, belum mengetahui sampai kapan akan tinggal di tenda pengungsian.

"Belum tahu. Belum dengar sampai kapan di pengungsian," katanya, saat diwawancarai, Senin (6/3/2023).

Baca juga: Dokter Sampai Perawat di RSUD Koja Sibuk Mondar Mandir Menangani Korban Kebakaran

"Seandainya udah ada batas waktu (pengungsian). Saya pergi kemana. Rumah rusak," lanjutnya.

Rohayah menjelaskan, kondisi rumahnya tak begitu hancur setelah insiden kebakaran itu.

Adapun hanya atap rumahnya saja yang hangus terbakar si jago merah.

Meski demikian, ia enggan pulang ke rumahnya, karena takut bangunan kediamannya itu roboh.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, dinding-dinding rumahnya retak-retak diduga karena hawa panas saat api berkobar di sekitaran wilayah kediamannya.

"Kalau kondisi rumah enggak begitu hancur," katanya.

"Walaupun rumah masih utuh. Saya juga takut. Takutnya keruntuhan," sambung Rohayah.

Sepasang mata Rohayah tampak berkaca-kaca saat menceritakan ketidaksanggupannya untuk merenovasi rumah.

Hal itu terkait kondisi perekonomian keluarganya yang tidak berkecukupan. 

Terlebih, sang suami, Wikaya (56), tidak bekerja karena menderita stroke.

"Saya mikirin ya Allah mau pindah kemana. Kalau diceritain sedih. Masalah ekonomi itu penting sekali," ungkapnya.

"Tidak mampu untuk renovasi rumah. Sedangkan makan sehari-hari aja kurang. Saya mau pulang kemana," lanjutnya.

Rohaya memiliki dua orang anak gadis yang sudah menikah dan seorang anak laki-laki yang masih bujang.

Bebannya semakin berat, ia mengaku, memikirkan rumah kedua anaknya yang juga terdampak insiden nahas itu.

"Sedih. Sedihnya orang tua gimana. Mudah-mudahan Allah kasih jalan yang terbaik," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rohaya menyampaikan harapannya agar Pemerintah ataupun pihak PT Pertamina dapat bertanggung jawab atas insiden kebakaran yang mengorbankan harta bendanya.

Baca juga: Pusdokkes Polri Masih Lakukan Identifikasi Terhadap Body Part Korban Kebakaran Depo Plumpang

"Secepatnya deh ada bantuan. Jangan sampai rakyat ini sengsara. Udah kita sengsara keadaan ekonomi, eh kayak gini. Kita mana mau sih ada musibah, siapa yang mau sih," kata Rohayah.

"Tolonglah pihak Pertamina, pihak lain, tolonglah," sambungnya sambil menahan tangis pilu.

Sementara itu, sejak tinggal di tenda pengungsian, Minggu (5/3/2023), Rohaya merasa bersyukur karena mendapat bantuan.

"Alhamdulillah bantuan ada di sini. Sembako, makanan ada. Bantuan tunai belum ada," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas