Keluarga Terduga Pelaku Pelecehan Siswi SLB Minta Tes DNA Sebelum Bayi Lahir, Keluarga Korban Tolak
Keluarga terduga pelaku rudapaksa siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) meminta agar dilakukan tes DNA sebelum bayi yang dikandung AS (15) lahir.
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga terduga pelaku rudapaksa siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) meminta agar dilakukan tes DNA sebelum bayi yang dikandung AS (15) lahir.
Diketahui, terduga pelaku merupakan teman satu kelas korban siswi SLB tersebut. Terkait permintaan tersebut, keluarga AS menolak.
Menurut Suwondo selaku paman korban, penolakan itu dilakukan lantaran keluarga ingin hasil tes DNA yang lebih akurat agar terbukti kebenarannya.
Baca juga: Siswi SLB yang Jadi Korban Pelecehan hingga Hamil Alami Trauma, Buang Seragam Pramuka
"Karena kemarin permintaan dari orangtua terduga, justru orang tua terduga meminta untuk dilakukan tes DNA pada saat belum melahirkan. Tapi kami sendiri kan enggak bisa," kata Suwondo kepada wartawan, Kamis (30/5/2024).
"Artinya dari tes DNA sebelum melahirkan kan fiktif. Karena di situ diambil sampel dari air liur, rambut, dan jenis bulit ataupun darah. Makanya kami tolak," imbuhnya.
Selain itu, Suwondo juga memikirkan keamanan bayi yang dikandung korban dan psikis sang ibu. Apalagi, saat ini bayi yang dikandung AS, sudah memasuki usia kandungan 7 bulan.
"Artinya karena tidak bisa maksimal hasilnya pada saat si bayi sendiri dalam kandungan," pungkas dia.
Sebelumnya diberitakan, seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) berinisial AS (15) diduga mengalami pelecehan seksual oleh teman satu kelasnya hingga hamil dan telah memasuki bulan ketujuh.
Diketahui, AS merupakan siswi kelas 7 di salah satu SLB di wilayah Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.
Menurut penuturan ibu korban, R, kejadian yang membuatnya terpukul itu mulai diketahui pada 6 Mei 2024 lalu.
Kala itu, sang anak yang memiliki keterbelakangan dalam pendengaran, bicara, dan intelektualnya itu, mengalami perubahan fisik yang cukup signifikan, terutama pada bagian perut yang semakin membesar.
Baca juga: Keluarga Siswi SLB Korban Pelecehan hingga Hamil 5 Bulan akan Melapor ke Polres Metro Jakarta Barat
Mulanya, R tak curiga jika putrinya yang masih di bawah umur itu mengandung. Apalagi, ia disekolahkan di sekolah khusus SLB yang tentu mendapat perhatian ekstra.
Alih-alih menduga putrinya hamil, R justru mengira jika AS mengalami suatu penyakit. Pasalnya, sejak Maret 2024 lalu, putrinya mengalami muntah-muntah dan sekujur tubuhnya nyeri.
"Awalnya engak ada kecurigaan, karena anak saya datang menstruasi itu enggak setiap bulan. Pernah 4 bulan enggak datang menstruasi itu enggak ada apa-apa," kata R saat ditemui di wilayah Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (20/5/2024).
R juga sempat menanyakan kondisi telat datang bulan itu kepada dokter.
Pihak dokter mengatakan jika hormon AS belumlah stabil, karena baru pertama kali mengalami menstruasi di usianya yang 15 tahun 2 bulan.
"Tapi kebetulan kemarin lebaran anak saya itu sakit, malam takbir muntah-muntah sampai 4 kali. Lama-lama ke sininya, kok anak saya semakin memburuk kondisinya," kata R.
Baca juga: Teka-teki Pelaku yang Hamili Siswi SLB di Kalideres, Diduga Teman Sekelas, Kepsek: Kemungkinan Kecil
"Setelah kondisi tersebut, saya tanggal 6 Mei kemarin ke klinik terdekat, lantas itu saya meminta rujukan ke rumah sakit ke poli kandungan," imbuhnya.
Di poli tersebut, R harap-harap cemas kala dokter menyarankan untuk melakukan prosedur USG.
Seusai melakukan prosedur itu, seketika itu juga dunia R seakan runtuh.
Pasalnya oleh dokter, AS dinyatakan telah hamil lima bulan. (m
Penulis: Nuri Yatul Hikmah
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Kandungan Masuk 7 Bulan, Keluarga Siswi SLB Korban Pelecehan Seksual Tolak Tes DNA, Ini Alasannya