Di Perbatasan Indonesia-Filipina, MPR Segarkan Empat Pilar
Di hadapan ratusan peserta, Mangindaan mengatakan warga Kepulauan Sangihe berkumpul di sini untuk menyegarkan kembali nilai-nilai Pancasila.
Editor: Content Writer
Dijelaskan, ketika jumlah masyarakat bertambah maka kebutuhan energi dan pangan akan meningkat. Ketika kebutuhan dua hal itu meningkat secara global maka terjadilah persaingan untuk memperebutkan pangan dan energi.
"Ini menjadi masalah global," ujarnya.
Pengaruh global menurut pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu bisa mengintervensi kebijakan dalam negeri. Dicontohkan, naiknya nilai dollar Amerika akan berpengaruh pada APBN.
"Akibat globalisasi batas negara menjadi kabur," ungkapnya.
Tak hanya globalisasi yang bisa menggunjang kondisi bangsa. Disebut banyak problem internal yang menjadi tantangan kebangsaan.
Mangindaan menyebut pemahamaan keagamaan yang lemah dan sempit bisa memicu perbuatan yang tak sesuai dengan nilai-nilai yang ada.
"Untuk itu saya setuju dengan sikap masyarakat Sulawesi Utara yang antiradikal dan teror," ungkapnya.
Radikalisme dan teror dikatakan sebagai jalan yang salah di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tak hanya lemah dan sempitnya pemahaman keagamaan yang bisa menyebabkan masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengabaian urusan daerah dan fanatisme kedaerahan juga membuat kerawanan persatuan.
"Timbulnya fanatisme kedaerahan memberi kesan masing-masing daerah berdiri sendiri," paparnya.
Dari fanatisme itulah mengakibatkan kurangnya penghargaan terhadap keberagaman atau ke-bhineka-an.
"Di beberapa daerah timbul konflik SARA, syukur di sini tak ada," ucapnya.
Masalah kebangsaan diakui oleh Mangindaan tidak hanya timbul di kalangan bawah. Kurangnya keteladanan dari pemimpin bisa memperburuk kondisi bangsa.
"Banyak kepala daerah dan wakil rakyat yang terkena OTT," ujarnya.