Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menahan Diri Belanja Selama di Tanah Suci

Berbelanja adalah satu dari kegiatan yang dilakukan jamaah calon haji.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Menahan Diri Belanja Selama di Tanah Suci
Ist
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Berbelanja adalah satu dari kegiatan yang dilakukan jamaah calon haji. Namun, banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh jamaah haji, membuat mereka harus mampu membatasi diri dan mengatur keuangan, terutama bagi mereka yang berkantong tipis.

Salah mementukan prioritas belanja atau kegiatan dapat berdampak fatal terhadap keuangan. Perbedaan mata uang antara rupiah dan mata uang lainnya, seperti Riyal dan Dollar mengakibatkan terjadinya berbagai kemungkinan penyesuaian harga, di luar kurs/nilai tukar antara rupiah dan lainnya.

Mata uang Riyal yang mengenal hingga angka terkecil Satu Riyal tidak lagi menyisakan barang dengan harga di bawah satu Riyal. Akibatnya, karena harga minimal adalah satu Riyal (berkisar antara 2.200-2.400 rupiah), maka kita hampir-hampir tidak bisa menemukan barang dengan harga seribu rupiah. Ini berarti, Anda harus membayar lebih mahal dari harga yang mestinya kita bayar jika membelinya di Indonesia.

Memang ada nilai pecahan paling kecil di bawah 1 Riyal, yakni 25 Halalah (senilai seperempat RIyal) dan 50 Halalalah (senilai setengah Riyal), namun pecahan uang ini hampir-hampir tidak lagi dapat ditemukan. Untuk membayar satu tangkai siwak yang biasa dijual para pedagang asongan saja, kita harus mengeluarkan satu Riyal. Harga ini bahkan sama dengan sekantong plastik lonjong makanan burung merpati yang biasa dijual para pedagang asongan.

Padahal hanya dengan lima Riyal, kita dapat membeli seikat siwak yang berisi sekitar 20 tangkai. Memang, menurut warga setempat, siwak yang masih dijual satuan pertangkai, biasanya lebih baik daripada yang sudah dijual perikat. Siwak yang dijual perikat biasanya adalah siwak dari tangkai yang sudah lama dipotong dan mulai mengering. Sedangkan yang dijual pertangkai dengan bentuk agak panjang, biasanya lebih baru, lebih segar dan lebih harum.

Perbandingan ini, belumlah seberapa aneh jika dibandingkan dengan cerita-cerita para pegawai kebersihan (Marbot) Masjid Nabawi. Banyak di antara para Marbot ini bercerita, jika ketinggalan Bus Antar Jemput, mereka sering menumpang kendaraan seharga 2 Riyal untuk pulang ke mess/kamp mereka yang berjarak sekitar 20 km. dari Masjid Nabawi. Ini berarti mereka membayar cuma lima ribu rupiah untuk naik mobil sejauh 20 km. Memang ini rute termurah dari Masjid Nabawi, tidak ada rute yang lebih murah dari rute ini. (nu.or.id)

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas