Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sudirman Lambali: Sepeda Motor Makin Mbalelo

Sudirman Lambali sempat terdiam sejenak saat ditanya angka kematian akibat kecelakaan sepeda motor menjelang Lebaran

Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Sudirman Lambali: Sepeda Motor Makin Mbalelo
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Pengendara motor yang mengikuti ritual mudik tahunan, dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 2011, menjejali jalur mudik utama Pantura, di kawasan Telaga Sari, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/8). Puncak arus mudik Lebaran tahun ini diperkirakan terjadi pada Sabtu dan Minggu, 27-28 Agustus 2011. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudirman Lambali sempat terdiam sejenak saat ditanya angka kematian akibat kecelakaan sepeda motor menjelang Lebaran tahun ini meningkat drastis.

Direktur Lalulintas Angkutan Darat Kementerian Perhubungan ini, Selasa (30/8/2011) di Posko Nasional Angkutan Lebaran 2011  mengakui sepeda motor mengurangi keberhasilan program keselamatan angkutan darat. Dari tahun ke tahun, jumlahnya yang membengkak dan pengemudinya yang semakin nekat membuat korban terus berjatuhan karena celaka di jalan.

Lantas apakah langkah pemerintah untuk mengurangi tingkat kecelakaan akan berhasil? berikut wawancara Tribunnews.com dengan Sudirman yang juga menjadi salah satu kepala harian posko  angkutan Lebaran:

Tanya: Hingga H1 (30 Agustus) Lebaran kecelakaan di darat meningkat dibandingkan tahun lalu, kecelakaan didominasi oleh sepeda motor, bagaimana komentarnya?

Jawab: Mungkin ada beberapa hal yang mesti dilihat, apakah motornya laik jalan apa tidak, misalnya dipaksa untuk pergi ke luar kota yang cukup jauh. Kalau pra sarana sudah cukup baik. Ini akan kita evaluasi bagaimana masalah sebenarnya setelah Lebaran nanti.

Tanya: Pengemudi sepeda motor sampai sekarang terus meningkat, namun sarananya seperti jalan tetap bercampur dengan kendaraan lain yang lebih besar, apakah tidak ada kebijakan untuk mengantisipasinya?

Jawab: Memang perilaku para penunggang sepeda motor sekarang sudah seperti akrobat saja. Bahkan menyalip dengan jarak hanya satu meter tetap dilakukan, melewati trotoar. Mereka semakin nekat, bahkan saat mudik lebih memilih pakai motor, karena lebih asyik dan bisa dipakai saat berada di kampung.

Berita Rekomendasi

Di kampung pun sangat prestisius kalau pulang bawa motor karena dianggap telah berhasil di perantauan. Kalau mau jujur dengan populasi motor sebanyak 70-80 persen, kalau dikonversi ke mobil penumpang maka sudah harus ada jalur motor sendiri, karena bayar pajaknya sama dengan mobil. Karena tidak ada keadilan itu, pengemudi sepeda motor jadi mbalelo, semua digencet sama motor, karena tidak ada jalur khusus.

Tanya: Apa tidak ada kebijakan membatasi sepeda motor?

Jawab: Untuk mengatasi meningkatnya sepeda motor, di India harus membeli motor dengan kontan, di China motor dilarang masuk ke Beijing. Di sini belu ada. Sementara kami sudah meminta agar perindustrian mengurangi produksi sepeda motor, tetapi perindustrian keberatan karena industri sepeda motor banyak menghidupi tenaga kerja.

Industri sepeda motor adalah salah satu industri favorit. Sulit membuat langkah yang spektakuler, karena kita hanya menyelesaikan masalah hanya di muaranya saja, tetapi sumber masalahnya tidak dibenahi. Ini sangat dilematis dan terjadi terus.

Tanya: Jadi bagaimana tindakannya?

Jawab: Langkah yang dilakukan untuk mengurangi kecelakaan adalah dengan meningkatkan mudik bareng. Motor diangkut dengan truk, pemilik diangkut dengan bus atau meningkatkan angkutan kapal laut dan kereta yang bisa mengangkut sepeda motor juga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas