Indonesia Darurat Narkoba
masih dianggap menyederhanakan persoalan atas ancaman yang satu ini.
Penulis: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Pemahaman Pemerintah tentang ancaman narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) terhadap masa depan bangsa belum komprehensif. Pemerintah masih dianggap menyederhanakan persoalan atas ancaman yang satu ini.
"Saya khawatir, pemerintah belum mendalami dan menghayati data serta fakta terkini tentang kejahatan narkoba dengan segala eksesnya," ujar politisi Partai Golkar, Bambang Soesatyo dalam rilisnya kepada Tribun, Kamis (31/1/2013).
Menurutnya, kecenderungan pemerintah menyederhanakan ancaman narkoba tercermin dari pernyataa Menko Polhukam, yang menekankan maraknya kejahatan narkoba dewasa ini hanya sebatas ancaman terhadap kesehatan generasi muda, dan negara tidak akan runtuh karenanya.
"Kejahatan dan penyalahgunaan narkoba memang tidak serta merta langsung memporakporandakan negara ini. Namun, kalau tidak diperangi sejak dini, taruhannya adalah masa depan bangsa. Dewasa ini, sekitar 5 juta putra-putri Indonesia hidup mengenaskan akibat kecanduan. Setiap hari, sekitar 50 orang tewas akibat narkoba," Bambang mengingatkan.
Selain itu, ujarnya lagi, mafia atau sindikat kejahatan narkoba sudah menyusup ke tubuh birokrasi negara. Banyak oknum polisi, oknum jaksa, oknum hakim, oknum sipir penjara dan oknum Kepala LP sudah masuk perangkap sindikat kejahatan narkoba.
Intensitas kejahatan narkoba sangat tinggi akhir-akhir, termasuk yang melibatkan warga negara asing (WNA). Bagi mafia atau sindikat kejahatan narkoba, tegas Bambang, Indonesia bahkan sudah menjadi surga. Itu sebabnya, jumlah WNA yang terlibat kejahatan ini terus meningkat.
"Data dan fakta ini seyogyanya dimaknai sebagai ancaman terhadap masa depan bangsa, bukan sekadar ancaman terhadap kesehatan generasi muda. Akibat maraknya peredaran narkoba, puluhan juta orang tua selalu diliputi perasaan cemas setiap harinya, takut anaknya terperangkap narkoba," pungkas Bambang Soesatyo.