Penembakan Terjadi Karena Janji SBY Soal Papua Damai Belum Terwujud
Kontak senjata yang menewaskan delapan orang anggota TNI kembali terjadi di Papua. Peristiwa tersebut seakan terulang terus menerus
Penulis: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontak senjata yang menewaskan delapan orang anggota TNI kembali terjadi di Papua. Peristiwa tersebut seakan terulang terus menerus.
Melihat hal tersebut, Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq menilai rentetan kejadian tersebut karena janji pemerintah soal Papua damai yang belum terrealisasikan.
"Kan Pak SBY ini sudah lama bicara soal solusi Papua secara bermartabat, damai. Itu sudah lama, dan berulang-ulang. Tapi sampai sekarang belum ada konsep solusi yang komprehensif, bermartabat, damai itu seperti apa?"kata Mahfudz di Jakarta, Kamis(21/2/2013).
Tidak hanya itu, kata Mahfudz keberadaan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) masih tidak efektif dalam mengimplementasikan kerjanya di lapangan. Bahkan UP4B sendiri secara organisasi punya banyak kendala.
Sehingga harapan pemerintah dan masyarakat di Papua terhadap UP4B ini agar mampu mempercepat proses pembangunan, sudah tidak lagi relevan.
"Dan mereka sudah tidak terlalu banyak berharap dengan UP4B," ujarnya.
Begitu juga dengan Otonomi khusus (otsus) Papua. Alasannya, Otsus Papua adalah Otsus setengah hati. Kenapa demikian?
"Karena banyak Peraturan Pemerintah (PP) dan aturan-aturan dibawahnya itu yang sampai sekarang belum keluar," ujar dia.
Politisi PKS ini menjelaskan suadah terlalu banyak faktor yang membuat Papua semakin eskalatif baik secara politik, keamanan dan sosial.
"Ya mau enggak mau ya duduk bareng. Coba rumuskan kebijakan komprehensif dan langkah-langkah sistematik. Warningnya itu sebentar lagi mau Pemilu 2014, saya khawatir orang menjadi malas memikirkan Papua. Ntar deh, sampai menunggu Pemilu selesai. Tapi pertanyaannya sampai berapa korban dulu jatuh sampai berakhirnya Pemilu 2014," jelasnya.
Mahfudz Siddiw juga menyarankan agar semua pihak tidak terpancing dengan melakukan reaksi balik secara represif pascatewasnya delapan anggota TNI meninggal dunia akibat penyerangan kelompok bersenjata di Papua, pada Kamis (21/2/2013) pagi.
Karena, menurut pengamatannya, selama kurun satu tahun ini, kelompok separatis bersenjata Papua mulai mengarahkan target penyerangannya kepada aparat. Baik itu aparat kepolisian, maupun TNI.
"Dan itu tujuannya untuk semakin mengangkat isu keamanan dan politik Papua ini lebih kuat lagi di dunia internasional," kata Mahfudz.