Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Kata Yusril Soal Kabar Penyerahan Diri Susno Duadji

Susno Duadji mengirimkan pesan singkat kepada Yusril Ihza Mahendra melalui stafnya sebelum menyerahkan diri

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Ini Kata Yusril Soal Kabar Penyerahan Diri Susno Duadji
TRIBUN/DANY PERMANA
Ketua Umum Partai Bulan Bintang MS Kaban, mantan Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Susno Duadji, dan Ketua Dewan Syuro PBB Yusril Ihza Mahendra (kiri-kanan) berjabat tangan usai melakukan pertemuan di Kantor Yusril, Jakarta, Jumat (5/4/2013). Susno yang telah menjadi anggota PBB tersebut kini mulai berpartisipasi dalam aktivitas PBB. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

Laporan wartawan tribunnews.com : Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Komjen Pol (Pur) Susno Duadji mengirimkan pesan singkat kepada Yusril Ihza Mahendra (YIM) melalui stafnya sebelum menyerahkan diri ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cibinong.

Dalam pesan singkat Susno tersebut menjelaskan bahwa dirinya sengaja mengambil langkah simpatik dengan datan ke Lapas Cibinong minta untuk dieksekusi walapun dasar hukumnya salah.

"Assalamualaikum wrwb mohon laporkan Pak YIM, pak Ketum dan DPP. Karena tujuan untuk menarik perhatian komponen bangsa atas ketidakadilan dan penegakan hukum yang arogan sudah tercapai, pesan sudah didengar segenap komponen bangsa walaupun tindak lanjut memerlukan waktu, dan hasilnya juga perlu waktu, maka agar masalah tidak berlarut menjadi pro kontra maka malam ini saya ambil langkah simpatik datang ke Lapas Cibinong minta untu dieksekusi walapun dasar hukumnya salah," kata Susno dalam pesan singkatnya yang diterima tribunnews.com melalu Blacberry Mesengger yang dikirim Yusril, Jumat (3/5/2013).

Dikatakan Yusril, bahwa peristiwa penyerahan diri Susno membuatnu teringat t ucapan almarhum Prawoto Mangkusasmito.

"Kalau orang dimasukkan penjara, kita terima itu sebagai kenyataan," ujarnya.

Lanjut Yusril, kenyataan bukanlah berarti kebenaran. Susno menyerahkan diri ketika berhadapan dengan aparatur negara.

"Bukan ia mengakui itu kebenaran, tapi dia berhadapan dengan kekuasaan dan pembentukan opini luar biasa yang menyalahkannya. Sejarahlah yang nanti menjadi saksi atas semua kejadian ini. Sejarahlah yang akan menjadi hakim benar tidaknya peristiwa masa kini. Nanti dinilai di masa depan," tutur Yusril.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas