Adhie M Massardi: Dipo Alam Bongkar Kebohongan Gelar bagi SBY
Adhie M Massardi mengungkapkan tuhan memiliki miliaran cara untuk mengungkap kebohongan
Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –Mantan Juru Bicara Presiden Keempat KH Abdurrahman Wahid aau Gus Dur, Adhie M Massardi mengungkapkan tuhan memiliki miliaran cara untuk mengungkap kebohongan seseorang. Sering dari hal-hal yang tidak terduga. Bahkan, katanya, bisa juga kebohongan itu diungkap tanpa sadar oleh orang yang sangat dipercaya.
Seperti Sekretaris Kabinet Dipo Alam, yang ternyata, tanpa disadarinya, lewat twitter pribadinya, menjawab kesangsian banyak orang akan gelar “negarawan pemelihara keberagamaan dan demokrasi” yang akan diberikan The Appeal of Conscience Foundation (ACF) kepada Presiden Yudhoyono (SBY) akhir bulan ini.
Para pemuka agama seperti Romo Frans Magnis Suseno, tokoh pergerakan prodemokrasi dan para penggiat HAM, menganggap LSM yang didirikan tokoh Yahudi AS (Rabbi Arthur Schneier) ini, tidak layak memberikan World Statesman Award kepada SBY karena faktanya kehidupan keberagamaan di Indonesia justru sedang terancam oleh gerakan kaum intoleran yang justru seperti mendapat angin (pembiaran) dari pemerintah.
“Fakta paling akurat kebohongan gelar yang akan diterima SBY itu adalah bunyi kicauan Dipo Alam di akun twitternya @Dipoalam49 yang bilang: Umaro, Ulama Umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari lihat ke depan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS,” ujar Adhie M Massardi.
Pernyataan Dipo, lanjut Adhie, orang yang sangat dekat dengan SBY itu, merupakan sikap politik kaum ultra-sektarian yang sangat intoleran dan anti-demokrasi. Karena demokrasi memberikan hak kepada setiap warga negara untuk menyikapi pemimpinnya, tak perduli dia Muslim atau bukan.
“Pernyataan Dipo itu membuka tabir gelap SBY soal toleransi, demokrasi dan pluralisme. Jadi kalau orang-orang dekatnya saja intoleran dan anti-demokrasi, dari mana ceritanya SBY bisa membangun kehidupan keberagamaan di Indonesia? Pasti bohong besar,” tehas koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini.