Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

RUU Dibangun Berdasarkan Kerangka Pikir yang Cenderung Sesat

Kepala Bidang Politik Nasional, Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Irine Hiraswari Gayatri menilai Rancangan Undang-undang

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in RUU Dibangun Berdasarkan Kerangka Pikir yang Cenderung Sesat
Tribun Lampung/Okta Kusuma Jatha
Ratusan massa dari DPD I Hizbut Tahrir Lampung menggelar aksi unjuk rasa di Tugu Adipura, Bandar Lampung, Kamis (28/3/2013). Aksi tersebut digelar untuk menolak RUU Organisasi Masyarakat (Ormas). Tribun Lampung/Okta Kusuma Jatha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Bidang Politik Nasional, Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Irine Hiraswari Gayatri menilai Rancangan Undang-undang Ormas dibangun berdasarkan kerangka pikir yang cenderung sesat.

Menurutnya, RUU tersebut tidak percaya pada masyarakat, sehingga aktivitas masyarakat patut dicurigai, serta perlu diatur, dibina, dan diawasi oleh negara.

"RUU Ormas dibangun berdasarkan kerangka pikir yang cenderung sesat," kata Irine di Gedung LIPI, Jakarta, Senin (1/7/2013).

Irine menuturkan, seharusnya kehadiran berbagai kepentingan atau ormas yang berbasis kesamaan kepentingan dan bersifat sukarela diapresiasi negara. Karena keberadaan ormas yang berbasis kesamaan kepentingan dan bersifat sukarela pada dasarnya wujud partisipasi dan kontribusi elemen masyarakat bagi pembangunan bangsa.

"RUU Ormas ini menyeragamkan segelintir kelompok atau organisasi yang menggunakan cara-cara kekerasan, premanisme, dan intimidasi untuk mencapai kepentingannya, dengan kelompok atau organisasi yang sungguh-sungguh merupakan ormas," katanya.

Irine menjelaskan, dasar pemikiran atau paradigma yang melatarbelakangi cara pandang dari penyusunan RUU Ormas ini sangat keliru karena cenderung melihat masyarakat sebagai sumber ancaman, konflik sosial, dan sumber integrasi bangsa.

"Untuk itu, RUU Ormas harus dicabut atau ditarik karena jelas-jelas tidak bermanfaat, tidak relevan, dan tidak diperlukan oleh bangsa kita," katanya.

Berita Rekomendasi
Tags:
Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas