Marzuki Alie: Kekalahan tak Disikapi Permusuhan
Marzuki mengaku banyak berdoa dan salat tahajud. Ia juga menjaga kesehatannya dengan rutin memeriksa ke dokter.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Mengenai kesiapan konvensi, Marzuki mengaku banyak berdoa dan salat tahajud. Ia juga menjaga kesehatannya dengan rutin memeriksa ke dokter.
"Tadi sempat flu dan batuk, tapi tidak parah," ujar Marzuki saat berdiskusi santai dengan awak media di sebuah resto yang tak jauh dari Gedung DPR RI, Selasa (10/9/2013) kemarin.
Marzuki kemudian menceritakan kesiapannya mengikuti konvensi Demokrat. Ia menceritakan modalnya memiliki gagasan dalam memimpin Indonesia. Cara yang dilakukan adalah bertukar pikiran melalui media sosial twitter. "Mereka memberi support dan membantu kita," katanya.
Kemudian perkumpulan perguruan tinggi swasta juga membantunya dengan mengundang Marzuki dalam kegiatan kuliah umum. Sehingga gagasan-gagasannya dapat diketahui banyak orang.
Salah satunya UIN Makassar Ushuludin yang memintanya menjadi pembicara mengenai peradaban."Kuncinya komunikasi dan meyakinkan, saya senang saja memotivasi mahasiswa baru," katanya.
Mengenai peserta konvensi, ia pun mengakui calon lainnya merupakan pesaing yang berat. Ia menuturkan Dahlan Iskan yang memiliki banyak media serta Gita Wiryawan yang mempunyai dana melimpah.
Sedangkan untuk Pramono Edhie Wibowo, Marzuki tidak menutupi Mantan KSAD itu didukung oleh keluarga Cikeas. "Keberpihakan itu normatif, masa keluarga engga berpihak. Nanti kualat. Diakui Pramono juga, masa keluarga engga bantu. Kita juga dibantu keluarga kita. Mungkin ada bantuan logistik saran dan pendapat, engga boleh kita marah," ungkapnya.
Marzuki juga tidak merasa tersaingi dengan adik ipar Presiden SBY yang mulai blusukan ke daerah-daerah. "Saya enggak tahu persis, saya jawab enggak ngerti blusukan ilmu apa, kalau turun ke rakyat, saya pekerja sosial," imbuhnya.
Diakui Marzuki, jabatan sebagai Ketua DPR membuatnya lebih dikenal masyarakat. "Mau engga mau tiap saaat tampil. Kan sering tampil di media," tutur Marzuki.
Marzuki juga menceritakan kesiapannya kalah maupun menang dalam mengikuti konvensi tersebut. Menurutnya kekalahan tidak perlu disikapi dengan rasa permusuhan.
Ia mencontohkan saat memperebutkan kursi ketua umum Demokrat dengan Anas Urbaningrum pada kongres di Bandung 2010. Setelah kongres menetapkan Anas sebagai pemenang, Marzuki menginstruksikan pendukungnya untuk loyal kepada Anas.