JK Bicarakan Pengungsi Rohingya kepada Aung San Suu Kyi
Demi kesejahteraan bersama, Pemerintah Indonesia dan Myanmar harus saling terbuka dan membantu.
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Demi kesejahteraan bersama, Pemerintah Indonesia dan Myanmar harus saling terbuka dan membantu. Terlebih, hubungan Indonesia dengan Myanmar sudah berlangsung lama.
Pandangan itu, disampaikan mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla kepada pers, Sabtu dini hari (21/9/2013) seusai menghadiri pembukaan Singapore Summit di Hotel Shangri-la, Singapura.
Sebelumnya, di sela-sela jamuan makan malam bagi peserta Singapore Summit, Kalla sempat bertemu dengan tokoh pejuang demokrasi Myanmar, yang kini anggota Parlemen Myanmar, Aung San Suu Kyi. Ini merupakan pertemuan kali pertama Kalla dengan Aung San Suu Kyi.
"Saat bertemu Aung San Suu Kyi, saya sampaikan hubungan Indonesia dengan Myanmar yang selama ini sudah terjalin lama sejak Indonesia merdeka dulu. Waktu itu, Myanmar masih bernama Birma. Bahkan, Indonesia paling dekat dengan Birma," ujar Kalla.
Kalla juga menyampaikan soal kedatangannya di Myanmar pada tahun 2012 sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesai (PMI) pusat, saat menemui pengungsi etnis Rohingya di Rakhen, Myanmar.
Kemudian, saat ditanya soal respons Aung San Suu Kyi atas pertemuan tersebut, Kalla mengatakan, Suu Kyi akan mempelajarinya.
Tentang kemungkinan adanya pertemuan khusus dengan tokoh yang dipenjarakan bertahun-tahun di rumahnya sendiri itu, Kalla pun menyatakan hal tersebut masih dibicarakan. "Waktu di Myanmar, saya hanya bertemu dengan pimpinan tertinggi Myanmar, Jenderal Than Sien," kata Kalla.
Dalam jamuan makan malam, Kalla satu meja dengan Aung San Suu Kyi, tetapi tak berdekatan duduknya. Kalla duduk berdekatan dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.