Ini Kronologi Rekayasa Proyek KTP Elektronik Versi Nazaruddin
Muhammad Nazaruddin melalui pengacaranya, Elza Syarief, membawa sejumlah bukti dugaan korupsi terkait proyek e-KTP ke KPK, Selasa (24/9/2013).
7. Pada Desember 2010, untuk menyambut Tahun Baru, panitia tender meminta uang kepada Andi Septinus. Andi menyiapkan amplop, dengan total hampir senilai 700 ribu dolar AS, yaitu untuk anggota panitia mendapat 50 ribu dolar AS, sekretaris panitia mendapat 75 ribu dolar AS, Ketua Panitia Drajat Wisnu (100 ribu dolar AS), PPK yang bernama Sugiarto (150 ribu dolar AS), PLT Dirjen Irman (200 ribu dolar AS), dan untuk Sekjen (Depdagri) Dian Anggraeni. Seluruh uang itu diserahkan di Hotel Millenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
8. Setelah diputuskan kelompok konsorsium, tujuh hari sebelum pengumuman, Andi Septinus dan Dedi Priyono memanggil PPK, ketua panitia dan sekretaris panitia, untuk memfinalisasi rekayasa dan spesifikasi tender yang dihadiri seluruh direktur utama konsorsium, yaitu Perum PNRI, PT Sucofindo (Persero), PT LEN Industri (persero), PT Quadra Solution, dan PT Sandipala Arthaputra.
Saat panitia dan pimpinan proyek pulang, sudah disiapkan 'angpau' sebesar 500 ribu dolar AS oleh Andi Septinus, dari pengumpulan seluruh anggota konsorsium.
9. Semua konsorsium punya peran masing-masing. PT PNRI mencetak blangko e-KTP dan personalisasi, PT Sucofindo (persero) melaksanakan tugas dan bimbingan teknis dan pendampingan teknis, PT LEN Industri mengadakan perangkat keras AFIS, PT Quadra Solution bertugas mengadakan perangkat keras dan lunak, serta PT Sandipala Arthaputra (SAP) dengan Direktur PT Paulus Tenos mencetak blangko e-KTP dan personalisasi dari PNRI.
10. Salah satu peserta konsorsium, yaitu PT Sandipala, merupakan perusahaan yang baru dibeli seharga Rp 15 miliar dari Harry Sapto oleh pengusaha bernama Paulus Tenos, yang merupakan teman akrab Mendagri Gamawan Fauzi. Sejak Gamawan masih Gubernur Sumbar, Paulus sering menangani proyek listrik di Sumbar.
11. Penggunaan e-KTP sekarang, hanya memakai 'contact less smart card' yang hanya bisa dibaca dari jarak 10 sentimeter, dan tidak dapat dibaca dari satelit. Kemendagri sudah mencetak 130 juta blanko e-KTP. Kualitas chip dari Cina sangat jauh beda.
12. PT SAP semula perusahan yang biasa mencetak KTP, ijazah, visa, ATM, rapor, dan paspor. Karena selalu merugi, sehingga tak dapat lagi menerima order cetakan dari pemerintah karena sudah dihukum. Maka, pemiliknya bernama Hary Sapto menjual perusahaannya kepada Paulus Tenos seharga Rp 15 miliar.
Saat konsorsium PT PNRI memenangkan tender e-KTP, maka perusahaannya sebagai perusahaan 'security printing' yang beralamat di Jalan Narogong kilometer 15 Cibinong, Jawa Barat, sangat sibuk.
Saat ini, Direktur Utama PT SAP bersama putrinya bernama Catherina Tanos, masuk dalam daftar buron di portal interpol, dan diduga bersama keluarganya bersembunyi di Singapura. Rumahnya di kawasan Menteng pun dirusak.
13. Artinya, PT PNRI memenangkan tender dengan penawaran harga Rp 5,8 triliun. Para pesaingnya mengajukan penawaran antara Rp 4,7 triliun-Rp 4,9 triliun, yaitu konsorsium Telkom dan konsorsium Solusindo.
14. Putusan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (PKPU) menunjukkan adanya persekongkolan dengan bentuk horizontal, yaitu kesamaan kesalahan pengetikan dokumen penawaran, kesamaan produk sekitar 70 persen, kesamaan jumlah produk yang ditawarkan oleh konsorsium PNRI dan Astra Graphia, serta kesamaan isi dan nilai dari beberapa butir dalam kolom analisa, harga satuan peralatan per jam dari PT Pagar Siring Grup, PT Yala Persada Angkasa, PT Budindah Mulya Mandiri, dan PT Tanjung Nusa Persada.
15. Persekongkolan dalam bentuk vertikal yaitu panitia tender, konsorsium PNRI dan Astra Graphia, melakukan tindakan post biding dan melakukan interaksi di luar jam kerja, pantia tender melakukan fasilitasi terlapor konsorsium PNRI sebagai pemenang terder.
Putusan KPPU pun merekomendasikan Kemendagri memberikan sanksi kepada pejabat panitia tender e-KTP, serta memberikan putusan denda kepada PNRI sebesar Rp 20 miliar dan Astra Graphia sebesar Rp 4 miliar. (*)