Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

GMNI Jakarta: Film Soekarno Menyesatkan Sejarah

Ini pelecehan dengan film yang berkedok perjalanan Bung Karno dalam menyongsong kemerdekaan Indonesia.

Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in GMNI Jakarta: Film Soekarno Menyesatkan Sejarah
Warta Kota/Nur Ichsan
Pengunjung bioskop melihat lihat poster film Soekarno yang terpampang di Cinema XXI Mal Plaza Senayan, Kamis (12/12/2013). (WARTAKOTA/Nur Ichsan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) DKI Jakarta menyoroti film 'Soekarno' garapan sutradara Hanung Bramantyo. Film tersebut dinilai menyesatkan sejarah Indonesia.

Ketua Pimpinan Cabang Persatuan Alumni GMNI Jakarta Timur, Hendriyana, mengatakan Soekarno atau akrab dikenal dengan nama Bung Karno merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia. Menurutnya film tersebut justru menyesatkan sejarah Indonesia.

"Ini pelecehan dengan film yang berkedok perjalanan Bung Karno dalam menyongsong kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia dibodohi melalui penyesatan sejarah dengan cara modern," cetus Hendri, Sabtu (21/12/2013).

Kata Hendri, perjuangan Bung Karno tidak dilakukan melalui cara KKN dengan Belanda. Ia pun memberi contoh adegan yang dimaksud, yakni saat Inggit memberikan uang kepada sipir penjara untuk bertemu Bung Karno.

"Seorang istri anti Belanda (ibu Inggit) memberikan uang kepada sipir hanya untuk bertemu Bung Karno saat di penjara. Serta rakyat mau bergerak membela bung Karno saat ibu Inggit memberikan sejumlah uang kepada rakyat. Masyarakat Indonesia mencintai Bung Karno dengan segenap jiwa raga, bukan karena uang," tegasnya.

Satu hal lagi yang tidak sesuai pada film tersebut, lanjut Hendri, produser film ini hanya menekankan bahwa Bung Karno seorang laki-laki yang lebih tertarik dengan wanita. Bukan sosok pahlawan yang siap membela tanah airnya.

"Di film ini juga menciptakan karakter Bung Karno sebagai seseorang yang tidak memiliki ketegasan dalam bersikap dan tidak mau memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Film ini adalah kebohongan sejarah. Film ini harus ditarik dari bioskop-bioskop yang ada di Indonesia," katanya.

BERITA TERKAIT
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas