Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Revolusi Mental Jangan Hanya Jargon Kampanye

Didied mengatakan, yang dimaksud revolusi lazimnya adalah perubahan ketatanegaraan, pemerintahan, atau keadaan sosial yang dilakukan dengan cepat

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Revolusi Mental Jangan Hanya Jargon Kampanye
Tribunnews/Herudin
Joko Widodo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana perlunya ‘’Revolusi Mental’’ yang disampaikan Jokowi dalam tulisannya di sebuah suratkabar terbitan Jakarta, terus mendapat tanggapan dari berbagai kalangan.

Kali ini tanggapan bernada mempertanyakan disampaikan Direktur Eksekutif The President Center (TPC) Didied Mahaswara.

Kepada wartawan di Gedung DPR, Jumat (16/5/2014), Didied mengatakan, yang dimaksud dengan revolusi lazimnya adalah berupa perubahan ketatanegaraan, pemerintahan, atau keadaan sosial yang dilakukan dengan cara cepat dan terdapat unsur mobilisasi fisik di dalamnya.

Sedangkan ‘’mental’’ berkaitan dengan bathin, tidak bersifat badaniah, menyangkut perasaan atau emosi manusia. Mental adalah sesuatu dalam diri manusia, tidak tumbuh, tidak berbentuk, hanya bisa dirasakan, dihayati, karena mental berhubungan dengan sikap dan watak manusia.

Seperti diketahui, Sabtu 10 Mei lalu di sebuah suratkabar terbitan Jakarta Jokowi menulis artikel berjudul ‘’Revolusi Mental’’, intinya berupa ajakan mengenai perlunya Revolusi Mental, sebab menurut Jokowi Reformasi tidak mengubah mental negatif bangsa ini. Tulisannya ini mendapatkan reaksi beragam, antara lain karena Jokowi tidak menjelaskan bagaimana mengimplementasikan ajakannya itu dan dari mana memulainya.

Didied Mahaswara mengatakan, Jokowi yang berlatar belakang sarjana tekhnik tampaknya kurang mendapatkan masukan untuk gagasannya berupa ide Revolusi Mental tersebut. Sehingga antara judul dan isi tulisan tidak konkret dan tidak implementatif, tapi hanya wacana atau imbauan.

‘’Jangan-jangan cuma bagian dari jargon kampanye Pilpres-nya Jokowi. Cuma retorika. Cuma jual janji dengan memakai kata revolusi,’’ kata penggagas Institut Kandidat Presiden, sebuah lembaga pendidikan mental bagi para calon pemimpin ini.

Berita Rekomendasi

Didied sangat menyayangkan kalau seseorang maju jadi capres hanya karena ingin memanfaatkan situasi yaitu karena popular, padahal belum cukup berkompeten, sehingga sangat mungkin pada saat berkuasa nanti akan melakukan kebohongan-kebohongan.

Dalam konteks ini menurutnya Institut Kandidat Presiden yang sedang dipersiapkan dirinya sangat relevan untuk menjadi lembaga penempa mental atau moral para calon pemimpin.

‘’Kita harus persiapkan Indonesia jadi Mercusuar Dunia, bukan jadi Mercon Dunia seperti sekarang, yang hanya jadi sarang berbagai perbuatan negatif, termasuk terorisme,’’ kata Didied.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas