Cita-cita Jero Wacik Jadi Calon Gubernur Bali Buyar
"Rencananya saya ingat sekali pak Jero ingin menjadi Gubernur Bali dan menetap di Bali," jelas Keponakan Jero Wacik, I Nengah Martono.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Darmendra
TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Sabtu (6/9/2014) siang, suasana rumah Jero Wacik di Banjar Kerta Bhuana, Desa Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali terlihat sepi. Seperti biasanya sanak saudara banyak yang keluar untuk bekerja, ada yang berjualan kain ada juga yang membuka warung berjualan tipat cantok (gado-gado).
Keponakan Jero Wacik, I Nengah Martono juga masih sibuk ngayah (berbakti di pura) di Pura Batur sebagai Kasinoman. Saat dijumpai Tribun Bali, ia bersedia meluangkan waktunya sejenak. Martono bercerita bahwa pamannya sudah menghubunginya Sabtu pagi.
"Pasca-ditetapkan paman saya sebagai tersangka, saya belum sempat menghubungi. Sebenarnya tidak enak menghubungi pak Jero, saya kira beliau lagi sibuk. Jadi saya diamkan saja dulu. Tapi tadi pagi (Sabtu, Red) saat saya sedang ngayah (bekerja tanpa dibayar di pura) beliau menghubungi saya," ujar pria yang setia dengan udeng (ikat kepala khas Bali) putihnya itu.
Martono menceritakan perbincangan mereka berdua bahwa Jero Wacik menanyakan kabar keluarga di rumah. Jero berpesan agar keluarga mendoakan yang terbaik untuk dirinya. Selain itu, pamannya itu mengaku bahwa ia dalam keadaan sehat serta mengimbau keluarga besar agar tidak panik. Untuk kasus ini, Jero menegaskan tidak akan lari dari masalah.
"Ingetang maturan nunasica di sanggah (ingat sembahyang minta perlindungan di pura keluarga, Red). Bapak di sini sehat-sehat saja. Bapak tidak akan lari ke mana-mana, untuk apa bapak dicekal? Lari dari masalah bukan sikap kesatria," ujar Martono menirukan ucapan pamannya itu.
Mendengar suara pamannya di telepon, Martono tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Mata pria ini terlihat berkaca-kaca. Menarik nafas panjang, ia berujar ikhlas, kendati kenyataan sangat pahit karena telah mencoreng nama keluarga, desa bahkan Bali.
"Saya masih tidak percaya, sampai saat ini semua orang di sini pasti tidak percaya. Yang saya yakini beliau hanya menjadi korban. Saya paham sifatnya, Jero tidak akan pernah lari dari masalah," tegas Martono.
Sembari menyeruput segelas kopi di warung yang tak jauh dari rumahnya, Martono mengingat sebuah cerita di mana pamannya itu ingin sekali pulang kampung ke Bali setelah menyelesaikan masa pengabdiannya di pusat. Jero Wacik rupanya menyimpan angan-angan ingin menjadi Gubernur Bali.
"Setiap berkumpul sama keluarga, pak Jero pasti cerita, apa saja karena beliau suka bicara dan melucu. Rencananya saya ingat sekali pak Jero ingin menjadi Gubernur Bali dan menetap di Bali," jelasnya.
Akan tetapi kenyataan berkata lain, saat ini pamannya harus menghadapi proses hukum yang membelitnya. Semua rencana hancur berantakan, keluarga pun saat ini dikatakan Martono harus siap dengan segala risiko, baik dijadikan perbincangan terlebih dikejar media. Bagi Martono, yang terpenting adalah memberikan dukungan moral lewat doa yang terus ia panjatkan. (ipd)