Jerih Payah Marsekal Madya Henry Bambang Soelistyo dan Empati untuk Keluarga Korban AirAsia
Jerih Payah Marsekal Madya Henry Bambang Soelistyo non stop menyampaikan updating evakuasi korban AirAsia layak jadi inspirasi kemanusiaan.
Editor: Agung Budi Santoso
Oleh karena itulah, pada operasi pencarian hari ketiga, dia menyempatkan diri pergi ke Surabaya untuk menemui keluarga korban. Waktu itu, ada tiga orang dari keluarga korban yang menelepon Soelistyo dan memintanya untuk bertemu meski hanya 10-15 menit. Dia pun mengatakan tidak mengetahui maksud permintaan itu.
”Begitu saya datang, sebagian dari mereka menyambut dengan senyuman. Itu membuat saya puas karena saya pikir mereka akan menyambut dengan tangis, bahkan kemarahan,” ucapnya.
Soelistyo menyadari, kedatangannya bisa menjadi sedikit pelipur lara. Hal itu pulalah yang menyemangatinya untuk berusaha memenuhi harapan mereka.
Kebiasaan penerbang
Kebiasaan untuk berhati-hati dan bertindak sesuai rencana itu sudah Soelistyo asah ketika dia menjadi penerbang jet tempur Hawk. Dia mulai terbang sejak berpangkat letnan dua hingga marsekal pertama.
Ketika itu, setiap hari dia harus mengikuti pengarahan pagi sebelum terbang, saat melakukan penerbangan, hingga evaluasi mengenai kekurangan dalam setiap penerbangan yang dilakukan.
”Selalu ada standar operasi, ada daftar cek, dan tidak boleh keluar dari situ. Itu berlangsung sekian lama sehingga terbentuk kebisaan seperti itu. Saya lebih suka bekerja dengan terencana dan mengetahui persis apa yang akan saya lakukan,” lanjut Soelistyo.
Dengan pengalamannya itulah, dia menjadi terbiasa untuk memperhitungkan dan bertindak berdasarkan data yang rasional. Termasuk ketika nantinya dia harus mengevaluasi operasi pencarian dan evakuasi yang sudah dilakukan. Semuanya harus didasarkan pada efektivitas proses pencarian dan hasil operasinya. ”Tetapi, itu nanti. Yang penting sekarang kami berusaha semaksimal mungkin,” kata Soelistyo. (Arya Dwiangga Martiar)
Biofile