Dahlan Iskan: Jawa Pos Grup Jangan Jadi Corong Saya
Kali ini Dahlan membuat situs resmi khusus untuk membahas kasus pengadaan gardu listrik di gardudahlan.com
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah resmi statusnya menjadi tersangka kasus pengadaan pembangkit listrik, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan angkat bicara.
Kali ini Dahlan membuat situs resmi khusus untuk membahas kasus pengadaan gardu listrik di gardudahlan.com.
Dalam situs tersebut Dahlan menegaskan tidak akan memakai bekas perusahaan media yang ia pimpin, untuk menyuarakan isi hatinya menghadapi kasus pengadaan tersebut.
"Mungkin ada yang mengira saya akan minta Jawa Pos Group untuk menjadi corong saya dalam menghadapi perkara gardu induk PLN di mana saya sudah ditetapkan menjadi tersangka. Mohon doa restu, agar saya tidak begitu," ujar Dahlan di situs gardudahlan.com, Senin (8/6/2015).
Dahlan menegaskan ia tidak akan menggunakan saham yang ia tanam di perusahaan media untuk membelanya pada kasus pengadaan gardu listrik.
"Pertama, saya sudah lama bukan lagi pimpinan Jawa Pos Group. Sejak saya sakit delapan tahun lalu. Memang saya memiliki saham di situ, tapi dalam perusahaan modern pemegang saham dan manajemen harus terpisah," kata Dahlan.
Dahlan memaparkan ingin agar para media ideal menuliskan pemberitaan. Karena hal itu ia membuat situs gardudahlan.com.
"Kedua, Jawa Pos Group biarlah menjadi corong bagi siapa saja. Jangan menjadi corong saya. Kami belajar dari pengalaman masa lalu yang ternyata hal seperti itu kurang baik. Mungkin tidak akan berjalan ideal, tapi kami menyadari bahwa kini masyarakat sudah sangat cerdas dan sangat kritis," ucap Dahlan.
Dahlan pun mengakui masyarakat saat ini sudah pintar dan memilah berita yang akan ia baca.
"Masyarakat selalu menilai media itu seperti apa.
Ketiga, toh sudah ada internet. Opini-opini pribadi, kepentingan-kepentingan pribadi, aspirasi pribadi bisa disalurkan melalui media on-line. Tanpa harus mengganggu media publik yang seharusnya menjadi milik publik.
Sudah banyak tokoh yang memilih dan melakukan cara ini. Terutama bagi para tokoh yang merasa aspirasinya tidak tertampung di media publik," papar Dahlan.