Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Arsip KAA dan Gerakan Non Blok Masuk Memory of The World UNESCO

UNESCO mengakui arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok sebagai Memory of The World (MoW).

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Arsip KAA dan Gerakan Non Blok Masuk Memory of The World UNESCO
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) bersama Ketua DPR Setya Novanto (ketiga kiri) berfoto bersama delegasi sejumlah negara usai membuka Konferensi Parlemen Asia Afrika di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (23/4/2015). Konferensi tersebut dihadiri perwakilan dari 36 negara yang diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan PBB urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO) mengakui arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok sebagai Memory of The World (MoW).

Arsip KAA dan Gerakan Non Blok ini menjadi yang keempat memperoleh pengakuan MoW setelah dokumen Negara Kertagama (2008), La galigo (2011) dan Babad Diponegoro (2013).

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Mustari Irawan mengatakan, pengakuan ini sangat wajar.

"Kalau melihat dari kearsipan, KAA bisa dilihat dalam dua perspektif yakni masalah isi dan konten," kata Mustari di Jakarta, Jumat (29/10/2015).

Dilihat dari isi, konferensi yang diadakan tahun itu, Indonesia baru berusia 10 tahun merdeka dan melibatkan 29 negara, dengan 200 anggota delegasi.

"Jelas peristiwa itu sangat bersejarah dan hanya satu kali diadakan. Dalam pertemuan itu menghasilkan apa yang nantinya muncul Dasa Sila Bandung yang berkaitan kesejahteraan dan hak asasi manusia bangsa Asia-Afrika," kata Mustari.

Berita Rekomendasi

Dilihat dari sisi konten, KAA menunjukkan peran Indonesia sebagai salah satu pelopor bangkitnya perjuangan negara Asia Afrika.

Juga memberikan gambaran waktu, tempat, kejadian dan iklim politik dunia yang dikuasai oleh dua blok, yakni barat dan timur.

"Ini bernilai tinggi. Jadi semacam pencerahan harus dihidupkan terus sehingga masyarakat tahu bahwa kita negara besar, apalagi KAA menginspirasi negara lain berjuang untuk merdeka," katanya.

Mustari mengatakan, perlu waktu mengumpulkan arsip-arsip ini. Bahkan, tim harus terbang ke Myanmar, Pakistan, Sri Langka, dan India mengumpulkan arsip yang tersimpan dan menjadi keempatnya sebagai sponsor.

"Tapi yang terpenting adalah bagaimana memberikan keyakinan bahwa ini KAA yang berlangsung di Bandung 18 - 24 April 1955 merupakan peristiwa penting dan layak jadi warisan dunia," katanya.

Arsip-arsip KAA yang diajukan ANRI adalah berupa foto-foto, dokumen dan lain sebagainya terkait kegiatan di KAA mulai pembukaan hingga menghasilkan Dasa Sila Bandung.

"Dalam sidang UNESCO di Abu Dhabi 6 Oktober 2015 lalu, arsip KAA resmi ditetapkan menjadi warisan dunia," kata Mustari.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas