Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Alasan TNI AU Tidak Pilih Helikopter Buatan PT DI

Menjadi sorotan publik diantaranya karena dikabarkan akan jadi alat transportasi presiden

Penulis: Abdul Qodir
zoom-in Alasan TNI AU Tidak Pilih Helikopter Buatan PT DI
Tribunnews.com/Abdul Qodir
Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Agus Supriatna saat diwawancarai di rumah dinas, Jalan Diponegoro no 34, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/11/2015). Ia menjelaskan tentang alasan dan peruntukan pengadaan helikopter AW101 VVIP. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengadaan helikopter AgustaWestland (AW) 101 untuk militer Indonesia sama halnya dengan pengadaan-pengadaan alutsista TNI sebelumnya.

Menjadi sorotan publik diantaranya karena dikabarkan akan jadi alat transportasi presiden.

Selain usia tiga helikopter NAS-332 Super Puma yang ada masih 15 tahun, sebenarnya TNI AU sebagaimana Rencana dan Strategi (Renstra) 2010-2014 sudah memesan helikopter sejenis AW101, yakni sebanyak enam unit helikopter EC725 Caracal atau Super Cougar dari rakitan PT Dirgantara Indonesia dengan lisensi Airbus Helicopter.

Helikopter EC725 juga bisa dimodifikasi oleh putra putri Indonesia menjadi angkutan VVIP.

Sejumlah pihak menilai pengadaan AW101 pihak TNI AU kali ini terbilang pemborosan karena harganya lebih mahal dari EC725 hingga ada sejumlah keunggulan dan kekurangan kedua jenis helikopter tersebut.

Ditemui Tribun di Menteng Jakarta Pusat, KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna menegaskan, kedua jenis helikopter tersebut tidak bisa dibanding-bandingkan.

Sebab, AW101 merupakan helikopter jenis angkut berat. Sementara, NAS-332 Super Puma dan EC725 adalah helikopter untuk angkut sedang.

Berita Rekomendasi

Selain itu, spesifikasi kedua jenis helikopter itu pun sangat berbeda sehingga harganya pun tidak sama.

"Heli AW101 itu heli angkut berat. Sedangkan Super Puma itu heli angkut sedang. Itu saja sudah beda, kok dikait-kaitkan dengan heli angkut sedang," kata Agus.

Selain itu, lanjut Agus, sejauh ini belum ada helikopter yang jadi dan bisa dioperasionalkan dari enam unit helikopter EC725 yang dipesan TNI AU ke PT DI sejak 2010 itu.

"Rencananya Mei kemarin datang lagi, tapi mundur lagi sedikit. Sudah ada dua unit di PT DI dan mudah-mudahan nanti datang lagi dari Prancis. Yah insya Allah, mudah-mudahan pesawat angkut sedang yang Renstra 2010-2014 yang kami pesan itu sudah datang semuanya 2016 nanti," ujarnya.

Tiga unit helikopter AW101 VVIP yang akan dipesan Indonesia merupakan sub varian tertinggi dari tiga sub varian tipe helikopter buatan Itali-Inggris tersebut.

Heli tersebut mampu mengangkut 10-13 orang atau sesuai pesanan. Sementara, enam unit AW101 untuk barang-pasukan mampu menampung hingga 38 personel.

AW101 VVIP sendiri menggendong 3 mesin General Electric CT7-8E turboshaft dengan teknologi Full Authority Digital Engine Control (FADEC).

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas