Tiga Mahasiswi Unpar Tak Gentar Hadapi Badai Taklukan Gunung Aconcagua
Rencana Tim WISSEMU untuk mencapai puncak Gunung Aconcagua pada tanggal 27 Januari 2016 menemukan halangan.
Penulis: Dahlan Dahi
Editor: Adi Suhendi
Lima tahun silam tepatnya pada 9 Januari 2011 Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans dan Broery Andrew Sihombing tiga dari empat orang anggota Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) berhasil menggapai puncak Gunung Aconcagua yang kemudian pada 29 Januari 2011.
Menyusul Janatan Ginting anggota terakhir dari Tim ISSEMU yang menyelesaikan pendakian ini.
Sekarang terdapat tiga orang pendaki wanita yang memiliki mimpi untuk kembali mengibarkan bendera merah putih di Puncak Gunung Aconcagua.
Fransiska Dimitri Inkiriwang (22), Mathilda Dwi Lestari (22), dan Dian Indah Carolina (20), tiga mahasiswi aktif Universtias Katolik Parahyangan yang tergabung dalam Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar.
Hari ketiga (23 Januari 2016) di Palza De Mulas (4.400 mdpl) siang itu bertemu dengan kawan lama Hiroyuki Kuraoka.
Setelah berhasil mengibarkan bendera merah putih di Gunung Carstensz Pyramid, Papua, Indonesia pada Agustus 2014 dan Gunung Elbrus, Rusia serta Gunung Kilimanjaro, Tanzania pada Mei 2015 lalu, Tim WISSEMU bersiap melanjutkan petualangannya menuju Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina.
Gunung tersebut merupakan puncak tertinggi di Benua Amerika Selatan dan puncak tertinggi kedua dalam rangkaian seven summits setelah Gunung Everest.
Ketujuh puncak yang merupakan seven summits meliputi Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) di Indonesia (Oseania), Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Tanzania (Afrika), Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia (Eropa), Aconcagua, 6.962 mdpl di Argentina, (Amerika Selatan), McKinley/Denali (6.194 mdpl) di Alaska (Amerika Utara), Vinson (4.897 mdpl) di Ellsworth Range (Antartika), serta Everest (8.850 mdpl) di Nepal (Asia).