Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Granita: LGBT Ancaman Masa Depan Indonesia

Ketua Umum Gerakan Wanita Nusantara (GRANITA), Dian Pranita menolak kehadiran kelompok LGBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender).

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Yulis Sulistyawan
zoom-in Granita: LGBT Ancaman Masa Depan Indonesia
Tribun Jabar/Teuku M Guci Syaifudin
Puluhan warga Jawa Barat yang tergabung dalam organisasi Islam berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Dipenogoro, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Kamis (11/2/2016). Mereka menolak keras kehadiran dan keberadaan komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Umum Gerakan Wanita Nusantara (GRANITA), Dian Pranita menolak kehadiran kelompok LGBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender).

Menurutnya, LGBT tidak terkait dengan hak asasi manusia (HAM).

Menurut Dian Pranita, justru yang menjadi prioritas adalah masa depan Indonesia yang sangat tergantung pada munculnya generasi-generasi baru.

Baginya, masa depan bangsa dan negara Indonesia terancam jika kelompok LGBT diakui eksistensinya.

Bahkan pernyataan Dubes Amerika Serikat (AS), Robert O Blake, yang mendukung kelompok LGBT Indonesia merupakan salah satu cara melemahkan kekuatan dan kesatuan Indonesia dari dalam negeri.

Menurut Dian, pengakuan atas kehadiran LGBT akan memicu generasi mendatang tidak memiliki identitas.

“Ini bukan masalah hak asasi manusia, tetapi ini masalah masa depan bangsa dan negara," ujar Dian Pranita dalam rilisnya kepada media, Senin (15/2/2016).

Jika pernikahan sejenis diakui di Indonesia, lalu siapa yang akan melahirkan generasi yang akan datang dan bagaimana nasib masa depan bangsa? Apakah LGBT menular ?

Berita Rekomendasi

"Silahkan tanya kepada ahlinya ataupun searching di google seabreg pengetahuan bisa dibaca di situ. Dan karena itulah, mendukung dan mengijinkan pernikahan sejenis serta mengakui kehadiran LGBT sama saja dengan meletakan masa depan bangsa pada masalah yang serius,” ujar Dian Pranita.

Dijelaskan lebih lanjut, isu yang dilontarkan Dubes AS juga jelas sekali motifnya.

Menurutnya, Amerika ingin menghancurkan Indonesia dari dalam dengan mengaitkan antara kehadiran LGBT dan demokrasi.

Baginya, dukungan terhadap LGBT tidak ada kaitannya dengan kehidupan demokrasi.

Ada tatanan budaya, ada tatanan moral di Indonesia yang harus dihormati dan itu berbeda dengan apa yang berlaku di AS.

“Ini Indonesia dan bukan AS. Setiap hak dasar yg telah dianugerahi Tuhan seperti hak hidup, hak berkarya, hak berekonomi mencari penghidupan yang layak bagi diri dan keluarganya, itu musti dijunjung sepenuhnya oleh setiap orang! Karena Tuhan menciptakan manusia dengan suatu tujuan, yang senantiasa berpasang-pasangan. Hukum alam itu menjelaskan perkembangan biak dari suatu mahluk terjadi karena mereka diciptakan berpasang-pasangan dengan jenis kelamin yang berbeda. Jika tidak mungkin berkembang biak karena pernikahan sejenis atau penyimpangan dari hukum alam, lalu bagaimana masa depan Indonesia harus ditata?” tanya Dian.

Ketua Granita itu mengurai lebih lanjut, pengakuan secara resmi atas kehadiran LGBT membuka kotak pandora atas masa depan bangsa dan negara Indonesia.

Pengakuan atas kehadiran LGBT akan menghancurkan generasi ke generasi mendatang.

Jika suatu penyimpangan dengan alasan hak asasi manusia kemudian diakui sebagai bukan penyimpangan (normal), Dian menjelaskan, Indonesia dapat memprediksi, kapan negara ini akan hancur tanpa harus bangsa asing menjajah Indonesia.

“Pengakuan resmi atas LGBT akan berlari pada tuntutan apakah Presiden Indonesia boleh seorang LGBT atau tidak ? Dengan demikian lebih jauh lagi, apakah persyaratan calon presiden, calon gubernur, ataupun calon bupati yang harus sehat jasmani dan rohani, tidak dibutuhkan lagi ?” tanyanya.

Sekali lagi Dian mengatakan, LGBT bukan urusan hak asasi manusia.

Oleh karenanya, jika LGBT dianggap sebagai suatu kewajaran dan kenormalan, maka yang hetero (non LGBT) dikemudian hari akan dianggap sebagai suatu penyimpangan. Oleh karena itu, Dian mengusulkan agar Dubes AS disuruh pulang kembali ke negaranya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas