Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bela Negara Lewat Dunia Maya Sebagai Serangan Balik Radikalisme

Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu menilai program Bela Negara sebagai cara Indonesia melakukan serangan balik pada paham radikalisme.

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Bela Negara Lewat Dunia Maya Sebagai Serangan Balik Radikalisme
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memberikan pengarahan kepada peserta calon pembina bela negara, di Badiklat Kemhan, Jakarta Pusat, Kamis (22/10/2015). Menhan membuka kegiatan pembentukan kader pembina bela negara di 45 kabupaten/kota di Seluruh Indonesia, yang diikuti 4500 kader. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Edwin Firdaus

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu menilai program Bela Negara sebagai cara Indonesia melakukan serangan balik pada paham radikalisme.

Seperti diketahui, penyebaran ideologi yang mengarah ke terorisme itu banyak ditemui di dunia maya.

Karena itu dengan program bela negara yang terintegrasi bersama situs digital, ajaran radikalisme diyakini bisa ditekan.

"Itu kan cuci otak (radikalisme), kami balas dengan bela negara ini," kata Ryamizard kepada wartawan, Rabu (24/2/2016).

Kemenhan sendiri telah membangun portal Bela Negara bersama PT iBOLZ Digital Indonesia.

Fasilitas buatan anak bangsa itu meliputi enam format program Bela Negara yang diantaranya terdiri dari Televisi, web portal, platform chatting, dan Kemenhan TV.

Berita Rekomendasi

Ryamizard menjelaskan, portal tersebut dibangun sebagai katalog online guna mendukung program diklat Bela negara.

Jarak antara publik dan Kemenhan yang ingin dipangkas melalui aplikasi tersebut.

"Supaya dia (orang Indonesia) tahu bahwasannya dia bangsa Indonesia," kata Menhan.

Beberapa hal prinsip juga dibeberkan Mantan KSAD itu soal Bela negara di dunia maya.

Terutama bagaimana pemerintah berusaha menggabungkan kekuatan diplomasi (soft power) dan kekuatan pertahanan (hard power) bangsa ini.

Hasilnya diyakni menjadi smart power atau kekuatan dari kecerdasan bangsa.

Konsep ini ditekankan Ryamizard sebagai cara deskriptif yang bisa menanggulangi penyebaran ideologi sesat pada anak bangsa.

"Masalahnya sekarang ini bukan era perang fisik dengan angkat senjata, melainkan perang terhadap pemikiran," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas