Akhirnya, Mereka Pulang
Sepuluh dari empat belas warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf, akhirnya kembali ke Tanah Air.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Sepuluh dari empat belas warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf, akhirnya kembali ke Tanah Air. Wartawan Kompas TV Fristian Griec Humalanggi melaporkan langsung detik-detik kepulangan sepuluh WNI dari Sulu. Berikut laporannya:
Deru mesin dua helikopter Bell - 412 EP dari kejauhan seketika membuat adrenalin saya memuncak. Kami telah menunggu berjam-jam di hanggar 206 Air Force Base, Zamboanga bersama perwakilan tim negosiator dari Indonesia. Seharusnya dengan helikopter, dari Sulu ke Zamboanga hanya memakan waktu sekitar 45 menit. Informasi mengenai pembebasan mereka telah kami terima sejak malam sebelumnya.
Setelah beberapa jam yang terasa begitu lama, sekitar pukul 16.30 waktu setempat, helikopter pertama yang membawa lima ABK Anand 12 mendarat lebih dulu. Saya dan juru kamera Kompas TV - Dimas Baskoro sontak berlari memasuki landasan.
Sebenarnya kami hanya diizinkan untuk mengambil gambar berjarak beberapa meter dari landasan. Entahlah, rasa bahagia tak terhingga membuat kami berani menerobos untuk berada dekat dengan mereka.
Tak berselang lama, helikopter kedua yang membawa lima ABK lainnya juga mendarat. Saya pun spontan berteriak, "Halo teman-teman . kami dari Indonesia, kita pulang yaaa." Beberapa dari mereka pun tersenyum kepada kami. Saat itu, rasa letih selama dua pekan lebih melaksanakan tugas meliput operasi penyelamatan sandera hilang seketika.
Mereka pun kemudian langsung menjalani pemeriksaan medis untuk memastikan kondisi kesehatan mereka setelah sekitar 35 hari disandera oleh salah satu faksi kelompok Abu Sayyaf, Alhabsy Misaya.
Sembari menunggu hasil pemeriksaan kesehatan, 10 ABK Anand 12 ditempatkan di ruangan khusus. Mereka lalu diminta menceritakan kisah saat disandera Abu Sayyaf di provinsi kepulauan Sulu, basis kuat kelompok Abu Sayyaf.
Saya pun berkesempatan masuk ke ruangan mereka. Rasanya begitu melegakan melihat mereka dalam kondisi baik. Bahkan salah satu ABK Anand 12, Wawan Saputra bercerita bagaimana awalnya Kapal Brahma dan Anand 12 dibajak pada tanggal 25 Maret 2016 lalu.
Saat itu sekitar pukul 16.00 waktu setempat, mereka tengah berada di perairan di sekitar Sabah, Malaysia. Lantas, sejumlah anggota kelompok Abu Sayyaf mendatangi kapal mereka dengan menggunakan speedboat.
"Rasanya waktu itu seperti mimpi, semuanya berlangsung begitu cepat. Sampai detik ini saya tak menyangka kejadian pembajakan di hari itu benar-benar terjadi," ungkapnya kepada saya.
Wawan pun kemudian bercerita, mereka dibawa ke Tawi-Tawi - daratan terdekat dari lokasi pembajakan kapal mereka. Baru keesokan harinya, masih dengan menggunakan speedboat mereka dibawa ke kepulauan Sulu. Saat berada di Sulu, mereka selalu dibawa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk melarikan diri dari serangan militer Filipina.
Lebatnya hutan di Sulu membuat mereka tak lagi bisa membedakan siang atau malam. Mereka diminta terus berjalan kaki di dalam hutan serta hanya diberi makan dan minum sekali sehari. Bahkan, mereka kerap hanya meminum air hujan dengan menampungnya dengan kedua telapak tangan jika rasa haus tak lagi tertahankan.
Tidur di dalam hutan - di atas tanah tanpa alas apapun. Para penyandera pun kerap menodongkan senjata dan mengancam akan mengeksekusi mereka jika uang tebusan tak kunjung diberikan. 35 hari yang begitu berat bagi mereka .
"Mbak, kami pulang ke Indonesia malam ini kan? Tak perlu lama-lama di sini kan? Saya rindu keluarga saya," ucapnya pelan sambil berkaca-kaca.
Ya, rindu mereka kepada orang-orang terkasih bisa langsung terobati. Malam itu juga dengan menggunakan pesawat sewa, mereka kembali ke tanah air. Pulang.
[20:37, 5/2/2016] Ade: SIAPA DIBALIK PEMBEBASAN MEREKA?