'Tak Ada Malaikat di Kepolisian'
Komjen Tito Karnavian adalah pilihan terbaik calon Kapolri dari sembilan jenderal bintang tiga Polri kandidat Kapolri.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat kepolisian Hermawan Sulistyo menilai Kepala BNPT, Komjen Tito Karnavian adalah pilihan terbaik calon Kapolri dari sembilan jenderal bintang tiga Polri kandidat Kapolri.
Menurutnya, mustahil jika bangsa Indonesia masih ingin mendapatkan calon Kapolri berhati dan bermental seperti malaikat dari 430 ribu anggota Polri.
"Saya tahu tidak semua calon Kapolri itu mampu, karena saya tahu kapasitas setiap orang ini. Yang jadi masalah, kita ini mau mencari malaikat. KPK cari malaikat, polisi cari juga mau cari malaikat. Padahal, tidak ada," kata Hermawan beberapa waktu lalu di Jakarta.
"Saya tidak percaya ada malaikat di republik ini. Kita semua ini setan. Hanya saja saya setan yang lebih baik, tapi tetap setan juga," sambungnya.
Ia berseloroh, ada pejabat yang dikenal oleh rekan-rekannya dan publik sebagai orang baik. Namun, ia justru terlibat kasus korupsi dan diproses hukum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lantas, ia berjumpa temannya yang juga berkasus di kantor komisi anti-rasuah tersebut.
"Buktinya begitu terbongkar di KPK, 'Lho kok kita sama di sini'. Dijawabnya, 'Lah kita kan sama, setan juga'," seloroh Hermawan yang juga menjadi Profesor Riset Bidang Perkembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dengan begitu, lanjut Hermawan, suka atau tidak suka saat ini dalam memilih calon Kapolri diupayakan yang terbaik meski dari pilihan yang terburuk.
"Yang saya selalu bilang sama polisi-polisi (siswa PTIK dan Sespim) itu, 'Jadilah kalian setan yang lebih baik. Kalian nggak akan jadi malaikat, lah wong kalian setan. Tapi, saya setan yang lebih baik dari kalian, maka contoh lah saya'. Begitu," ujarnya.
Menurutnya, saat ini sangat sulit mendapatkan calon Kapolri dengan integritas, kejujuran, bermoral dan bermental seperti malaikat.
"Jangan kan dari sembilan calon Kapolri ini, yang 430 ribu polisi itu aja nggak ada juga. Ditambah satu pun yaitu Anda, nggak ada juga malaikatnya. Jadi, jangan muluk-muluk, terima saja," tuturnya.
Hermawan menyampaikan, dirinya bisa menyampaikan hal ini karena berdasarkan pengalaman sebagai dosen di PTIK, Sespim dan guru besar Universitas Bhayangkara.
Peneliti senior PARA Syndicate, Jusuf Suroso mengakui saat ini hampir tidak ada polisi bersih seperti malaikat. Itu dikarenakan karena reformasi di Polri tidak berjalan dengan baik hingga selesai, bahkan terbilang stagnan.
"Andai saja reformasi ini berjalan dengan baik, mungkin sudah melahirkan polisi yang berintegritas dan jujur. Kenapa begitu, karena perwira tinggi Polri saat ini adalah produk-produk masa lalu, masa era tidak demokratis atau otoriter.
Sehingga yang ada sekarang (perwira tingggi Polri) sikap mentalnya seperti itu. Lalu, apa yang bisa diharapkan dari kapolri mendatang," ujarnya.
Masalah ini turut memunculkan kegaduhan-kegadugan ketika terjadi pergantian Kapolri, bahkan kabareskrim.
Menurutnya, jika saja reformasi tersebut dilaksanakan hingga selesai dan mampu memperbarui kepolisian, maka hasil atau dampaknya baru dirasakan sekitar 20 tahun kemudian.
"Itu pun model reformasinya seperti apa, konsepnya seperti apa, kapan dilaksanakan, kapan kita bisa ukur evaluasinya dan setelahnya baru bisa tahu polisi masa depan," tukasnya.