Bom Surakarta Indikasikan Jaringan Teror Indonesia dan Luar Negeri Terjaga dengan Baik
Hal ini mengindikasikan bahwa jejaring dan sel antarorganisasi teror di Indonesia dengan di luar terjaga dengan baik
Penulis: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran Bandung, Muradi menilai aksi bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta adalah rangkaian kedua setelah Bom Thamrin Januari 2016 lalu.
Hal ini mengindikasikan bahwa jejaring dan sel antarorganisasi teror di Indonesia dengan di luar terjaga dengan baik.
Ini menjadi tantangan yang serius bagi aparat keamanan, khususnya pihak Kepolisian dengan Densus 88 AntiTeror dan BNPT.
"Sehingga perlu kiranya untuk secara terintegrasi langkah-langkah efektif dan pengejaran untuk menutup ruang gerak organisasi teror tersebut di indonesia. Langkah pengejaran dan penangkapan Santoso dan jejaring MIT di Poso adalah hal yang baik dilakukan oleh Polri, tapi menghajar dan memberantas Katibah Nusantara (KN) adalah juga langkah yang perlu segera dilakukan. Karena ada pergeseran kepemimpinan paskaSantoso tersudut di hutan Poso," ujarnya, Selasa(5/7/2016).
Dalam konteks tersebut kata Muradi, perlu kiranya pihak keamanan untuk segera membatasi ruang gerak sel dan jaringan teror yang ada di Indonesia.
Masih kata Muradi, aksi bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta ada kaitannya dengan Katibah Nusantara yang juga representasi baru dari ISIS di Asia Tenggara.
Organisasi ini dipimpin oleh Bachrum Naim, otak aksi Bom Thamrin Januari 2016 lalu.
"Dan diduga kuat bahwa aksi bom bunuh diri di Mapolesta Solo adalah bagian dari jejaring KN ini dan diatur secara remote oleh Bachrum Naim dengan jejaring KN yang melingkupi negara-negara Asia Tenggara berbahasa serumpun melayu," ujarnya.