Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengakuan Rohaniawan Terpidana Mati di Nusakambangan: Saya Seperti Malaikat Maut bagi Mereka

Ia merasa terpidana mati kasus narkoba itu belum diberikan hak bimbingan rohani yang adil, dan ia marah kepada pemerintah atas ketidakadilan itu.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pengakuan Rohaniawan Terpidana Mati di Nusakambangan: Saya Seperti Malaikat Maut bagi Mereka
TRIBUN/A PRIANGGORO
Polisi membuat barikade untuk mengamankan lajur yang akan dilewati ambulan yang membawa jenazah terpidana mati ke luar dari Dermaga Wijaya Pura, Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/07/2016) dini hari. Empat orang terpidana mati dari total 14 orang telah menjalani eksekusi hari ini, termasuk diantaranya Freddy Budiman. TRIBUNNEWS/A PRIANGGORO 

Karina adalah rohaniawati dari Yayasan Gita Eklesia, yang ditunjuk oleh Seck Osmane, karena ia sudah dikenal oleh sang terpidana mati.

Penunjukan tersebut diakukan pada Selasa lalu (26/7), namun hari itu ia tidak ada di pulau Nusakambangan. Sehingga proses bimbingan baru dilakukan pada hari Rabu dan Kamis.

Bimbingan tersebut dilakukan pada siang hari, di sel isolasi.

Tugasnya sebagai seorang rohaniawati, adalah menyiapkan mental sang terpidana, sebelum timah panas Polisi merenggut nyawa sang terpidana mati.

"Ini masalah kematian, bukan masalah yang mudah untuk dihadapi, kami harus mempersiapkan jiwa mereka, bagaimana mereka mempersiapkan hidup mereka, mereka akan bertemu Tuhan, ini bukan hal yang mudah," katanya.

Sebelumnya, ia mengaku yakin Seck Osmane akan lolos dari hukuman mati, salah satunya karena proses grasi terpidana mati itu masih berlangsung.

Di Nusakambangan yang ia tahu, banyak terpidana mati yang grasinya sudah ditolak berkali-kali, namun tidak kunjung diekskusi.

Berita Rekomendasi

Ternyata keyakinannya itu salah. Ia mengetahui hal tersebut saat rohaniawan dari empat belas terpidana mati yang rencananya akan diekskusi pada Jumat dini hari, (29/7), dikumpulkan di sebuah ruangan pada Kamis malam, sekitar pukul 19.00 WIB.

Di ruangan tersebut selain rohaniawan, juga terdapat petinggi Lapas dan Kejaksaan.

Ia melihat bagaiman semua orang malam itu "grasah-grusuh." Ia juga mendengar hanya terpidana mati nomor 6,7,9 dan 11 yang akan dibunuh, dan kemudian ia diberitahu oleh seorang Jaksa, bahwa Seck Osmane adalah terpidana mati nomor 11.

Karina sempat bertanya ke Jaksa yang memberitahunya soal ajal Seck Osmane. Sang Jaksa hanya menjawab pendek, bahwa keputusan tersebut adalah keptusan pimpinan, dan Karinapun bingung siapa pimpinan yang dimaksud sang Jaksa.

"Saya ingin tahu, apakah ini (diundi) pakai dadu, kartu atau apa, karena kita tidak tahu," ujar Karina.


Pada Kamis malam, Karina ikut dalam rombongan yang mengambil Seck Osmane dari sel isolasi.

Rombongan itu lalu dibawa dengan kendaraan roda empat menuju lapangan Limus Buntu, lapangan bekas tempat latihan menembak, yang luasanya mendekati lapangan bola.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas