Pengakuan Rohaniawan Terpidana Mati di Nusakambangan: Saya Seperti Malaikat Maut bagi Mereka
Ia merasa terpidana mati kasus narkoba itu belum diberikan hak bimbingan rohani yang adil, dan ia marah kepada pemerintah atas ketidakadilan itu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Di lapangan tersebut sudah berdiri tenda yang menyerupai tenda pernikahan, di mana di dalamnya sudah tertancap tiang kematian untuk para terpidana mati.
Tiang tersebut terbuat dari kayu setinggi sekitar dua setengah meter, dengan dua potong kayu melintang di bagian atasnya sepanjang sekitar 80 sentimeter, untuk mengaitkan tangan sang terpidana.
Di lapangan tersebut Karina kembali diizinkan menemui Seck Osmane.
Keduanya lalu memanjatkan doa selama sekitar dua menit, kemudian sang terpidana diikatkan ke tiang kematian, dengan wajah yang ditutupi kain.
Karina lalu memeluk orang yang ia sudah anggap sebagai anak sendiri itu untuk terakhir kalinya.
Setelahnya ia lalu menjauh, berkumpul bersama rohaniawan lain dan para pejabat yang bertugas menyaksikan eksekusi itu.
Karina melihat bagaimana dua belas anggota Brimob Polri dengan senjata laras panjang, mengarahkan senjatanya ke Seck Osmane. Dengan satu kali tembakan, sang terpidana mati itu akhirnya tewas.