Lewat Kamera Pengawas, Sitinjak: Jumlah Celana Dalam Freddy Budiman Saya Tahu
Apa alasan petugas BNN memprotes pemasangan kamera pengawas yang menyorot aktivitas Freddy Budiman di sel isolasi Lapas Batu?
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Prianggoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belum terungkap alasan petugas Badan Narkotika Nasional memprotes pemasangan kamera pengawas di depan pintu dan dalam sel isolasi khusus untuk Freddy Budiman selama di Lapas Batu, Nusakambangan.
Ngomong-ngomong soal kamera pengawas yang mampu mengidentifikasi setiap detik hidup Freddy di dalam sel isolasi, Liberty Sitinjak punya alasan tersendiri. Baginya Freddy seperti selebriti di antara narapidana lain di Lapas Batu.
Bahkan, sejak menginjakkan kakinya sebagai kepala koordinator lapas di Nusakambangan, Sitinjak meminta bawahannya membuatkan sel isolasi khusus untuk Freddy hanya dua hari. Setiap orang yang mau ke selnya harus melewati empat pintu berlapis.
"Jadi Freddy buang air besar saja, saya bisa lihat. CCTV itu langsung terhubung kepada saya, siapa saja yang berusaha mendekati Freddy, saya bisa melihat,” kata Sitinjak kepada Tribun, Jumat (29/07/2016) sore.
Sitinjak menempatkan pejabat eselon III dan IV yang bertanggung jawab khusus mengawasi sel Freddy. Mereka juga bertugas menginventarisir barang-barang di dalam sel Freddy.
“Jadi saat itu saya tahu barang-barang apa saja yang disimpan Freddy, bahkan berapa jumlah celana dalam Freddy pun saya tahu,” imbuh Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumhan NTT itu.
Sitinjak menceritakan, sel khusus atau ruang isolasi untuk Freddy bertujuan membatasi ruang geraknya sehingga tidak mendapatkan fasilitas ‘plus.’ Sekaligus menghentikan peredaran narkoba yang saat itu marak di Lapas Batu, caranya memasang dua kamera pengawas.
"Saya bilang ke dia, ‘bagi saya kamu itu selebriti, makanya saya harus fokus mengawasi kamu,’” Sitinjak mengenang ucapannya saat itu kepada Freddy.
Ia hanya bertahan setahun menjadi Kepala Lapas Batu dari September 2013 sampai September 2014. Ia merasa mendapatkan tekanan besar dari berbagai pihak atas kebijakan mengisolasi Freddy.
“Saya merasa tersingkir dari sana. Tapi wajar saja, saya sudah memperkirakannya. Kalau saya menghentikan peredaran narkoba dan akses komunikasi para bandar narkoba, pasti saya akan disingkirkan,” ujar Sitinjak.
Kembali kepada pengakuannya usai diperiksa di kantor BNN, Jakarta Timur, Senin (8/8/2016), Sitinjak mengaku tak mengetahui siapa petugas yang meminta mencopot jaringan kamera pengawas ke sel Freddy.
“Saya sudah lupa. Itu terjadi 2014, silakan dicek di buku tamu yang tersedia di Lapas Nusakambangan karena di sana tercatat siapa nama yang datang, akan bertemu dengan siapa, dan apa keperluannya,” ungkap Sitinjak.
Sitinjak tidak sedang berada di kantor saat petugas BNN datang ke sel dan menemui Freddy. Kunjungan petugas ini diceritakan Koordinator KontraS, Haris Azhar, tak lama Freddy dieksekusi bersama tiga terpidana mati warga negara asing.
Saat itu, Sitinjak dihubungi oleh bawahannya yang sedang bertugas di Lapas Batu ada petugas BNN yang datang hendak menemui Freddy.
Sitinjak menyampaikan kepada bawahannya untuk memenuhi permintaan petugas itu, jika sesuai tugasnya.
Petugas BNN itu mempersoalkan tentang pemasangan kamera pengawas yang dianggapnya tanpa koordinasi terlebih dulu. Belakangan Sitinjak tidak menggubris protes tersebut.