9 Jemaah yang Bisa Berbahaa Inggris Tertahan di Manila Untuk Pengungkapan Mafia Haji
Ibunda Epi, Hajah Yati yang menjemput di Bandara juga memeluk sang anak. Ibu dan anak itu pun sama-sama menangis.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM,TANGERANG -- Anak dari pasangan Anton Karpila (30) -Epi Yulianti (29), Wahyu alias Iway (5) langsung berlari begitu mengetahui ibunya muncul dari arah terminal 2, Bandara Soekarno Hatta, Minggu (4/9/2016).
Sambil berurai air mata, Epi menyambut sang anak yang sudah tiga pekan ditinggalkannya. Epi menggendong, menciumi anaknya yang ikutan menangis setelah melihat air mata sang ibu membasahi bajunya.
Ibunda Epi, Hajah Yati yang menjemput di Bandara juga memeluk sang anak. Ibu dan anak itu pun sama-sama menangis.
"Saya bersyukur anak saya sudah kembali. Tinggal mantu saya yang masih harus menunggu izin dari pemerintah Filipina," katanya.
Sambil menangis, Iway menanyakan ayahnya karena tidak ikut serta bersama sang ibu.
Epi pulang tanpa suami karena Anton bersama 8 jemaah lain masih menjalani pemeriksaan di Filipina.
Iway terlihat lesu terutama setelah menerima video call dari sang ayah yang mengabarkan bahwa dirinya belum bisa pulang. Awak media juga sempat memanfaatkan momen itu untuk melakukan sesi wawancara. Anton menjelaskan, alasan dirinya ditahan karena bisa berbahasa Inggris.
"Saya menggelontorkan uang Rp 135 juta. Saat ini, masih di Filipina karena pihak imigrasi masih memerlukan keterangan. Saya salah satu yang bisa berbahasa Inggris," ucap Anton melalui video call di ponsel pintar yang digenggam sang anak berusia lima tahun itu. Sayang, komunikasi tersebut hanya berlangsung singkat karena masalah jaringan yang kerap mengalami gangguan.
Menurut Anton, pemerintah Filipina merasa geram dengan ulah pihak travel yang memasukkan kuota haji dari negara lain secara ilegal.
"Mereka mau mengungkap ini sampai ke akarnya. Makanya, kami masih diminta bercerita detail. Kebetulan, dari semua jamaah calon haji, kami bersembilan bisa memberikan keterangan dengan bahasa Inggris," kata Anton.
Anton juga mengaku dirinya sama sekali tidak curiga pada awal dia dibawa ke Filipina.
"Saya sadar betul kalau paspor yang diberikan kepada saya adalah paspor Filipina. Tapi saya tidak curiga sama sekali. Soalnya saat mendarat di Filipina, kami masuk lewat jalur resmi. Tidak sembunyi-sembunyi atau lewat jalan belakang," kata Anton.
Menurut Anton, saat ini ia dan delapan jamaah calon haji lainnya sudah berada di KBRI.
"Kami mendapatkan fasilitas yang layak seperti di rumah. Kami berharap bisa segera pulang secepatnya," katanya. (kar/tribun)