Banyak Jenderal Berusaha Gandakan Uang di Dimas Kanjeng
"Saya yang klenik-klenik gitu enggak percaya. Katanya ada beberapa jenderal banyak gandakan uang di situ, itu yang saya dengar," kata Mahfud.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak jenderal TNI dan polisi yang dikabarkan datang ke padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Hal itu diceritakan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD. Kala itu saat Pilpres, Mahfud MD diajak oleh Ketua Yayasan Dimas Kanjeng Taat Pribadi Marwah Daud Ibrahim.
Rencananya, Mahfud saat itu hendak ke Pasuruan, Jawa Timur. Mahfud dan rombongan akhirnya mampir ke padepokan tersebut.
Dimas Kanjeng mengumpulkan lebih dari 10 ribu massa saat itu.Dalam pidatonya Dimas Kanjeng kala itu, Dimas memperkenalkan Mahfud di hadapan massa sebagai santrinya.
"Ini Pak Mahfud ini santri saya, katanya. Saya ndak suka, saya baru kenal kok dibilang santrinya, abis itu saya endak pernah kontak lagi," tuturnya.
"Tiba-tiba dia ngomong di publik ini santri saya, hehehe kayak stress gitu, saya anggap agak sinting gitu, sehingga saya dikontak-kontak lagi enggak pernah datang, tiba tiba ada berita dia ditangkap polisi penggandaan uang ya," sambungnya.
Mahfud menceritakan, di rumah Dimas Kanjeng banyak terdapat foto-foto pejabat yang juga diklaim sebagai santri Dimas.
Suasana pesantren juga tak terlihat di komplek padepokan tersebut."Kalau pesantren kan ada kayak pakaian-pakaian orang santri, di situ endak ada, kayak padepokan perguruan silat gitu lah, tapi saya sekali aja kesitu," ujarnya.
Saat bertemu itu dirinya sudah tidak yakin Dimas Kanjeng memiliki kemampuan seorang kiai.
Menurutnya Dimas Kanjeng tidak fasih membaca salam, salawat, dan doa-doa.Mahfud melihat justru padepokan di Probolinggo itu lebih seperti tempat klenik, bukan pesantren.
Di sana juga ada yang datang untuk menggandakan uang, termasuk dari kalangan jenderal.
"Saya yang klenik-klenik gitu enggak percaya saya. Katanya ada beberapa jenderal banyak gandakan uang di situ, itu yang saya dengar, saya kan kayak gitu muak juga, kayak apa ini zaman sekarang kok masih ada orang berlaku begitu kok masih ada yang percaya. Banyak yang disebut-sebut disitu (termasuk Jenderal TNI dan Polisi),"kata Mahfud.
Saksi Kunci Dibunuh
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, pembunuhan dua mantan santri di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi untuk membungkam tindak kejahatan.