Menaker MHD : "Lulusan Pesantren Harus Menjadi Pribadi Mandiri"
Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri memberi sambutan di acara Haul Ke-5 KH Masruri Mughni di Pondok Pesantren Alhikmah 2, Benda, Sirampog,Brebes.
Editor: Content Writer
Sebelum Indonesia merdeka, pendidikan pesantren telah ada dan terbukti berhasil menghasilkan manusia-manusia mandiri.
Kemandirian bersumber dari etos teologis atas tugas penciptaan manusia mengelola Sumber Daya Alam (SDA) secara produktif dan berkelanjutan demi tercapainya keadilan dan kemakmuran di muka bumi.
Dewasa ini, kekuatan etos teologis diyakini akan menjadikan bangsa Indonesia miliki daya saing kuat menghadapi kompetisi global.
Demikian disampaikan Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri atau yang biasa disapa MHD pada saat memberikan sambutan dalam acara Haul Ke-5 KH Masruri Mughni di Pondok Pesantren Alhikmah 2, Benda, Sirampog, Brebes (02/10/16).
Di depan ribuan jamaah pengajian, Menteri Hanif menjelaskan seseorang dapat maju dan berkembang dalam hidupnya karena didorong kesadaran teologis, bukan motif dunia semata.
"Puncak kebahagiaan bagi lulusan pesantren bukan saat ia meraih kekayaan, tetapi ketika ia mampu menolong sesama dari situasi kesulitan. Untuk mampu menolong sesama, lulusan pesantren harus menjadi pribadi mandiri,"terang MHD.
Menurut MHD, Potensi pesantren dalam mencetak manusia mandiri disadari betul oleh Pemerintahan di bawah Presiden Jokowi.
Oleh karena itu, lanjut MHD, Presiden Jokowi memberi arahan kepada Kementerian Ketenagakerjaan yang dipimpinnya merumuskan program strategis bertujuan meningkatkan keterampilan dan kompetensi masyarakat melalui pesantren.
"Mulai 2017 mendatang, akan dibangun Balai Latihan Kerja Berbasis Komunitas, yang difokuskan di pesantren-pesantren. Targetnya, para santri yang sudah mempunyai modal etos teologi kemandirian itu dapat memiliki bekal keterampilan teknis berproduksi,"kata MHD.
Diperkirakan jumlah santri yang mengenyam pendidikan pesantren di seluruh Indonesia sebesar 4,2 juta orang.
Dengan jumlah yang sebanyak itu, program BLK Berbasis Komunitas yang difokuskan ke pesantren, diharapkan akan menciptakan jutaan angkatan kerja nasional yang memiliki kompetensi berproduksi dan etos teologis yang kuat.
Mereka tidak akan bergantung kepada ketersedian lapangan pekerjaan, bahkan akan menjadi para pahlawan yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat lainnya. (*)