Mensos: Jangan Tiru Dimas Kanjeng, Mau Dapat Uang Banyak Tapi Enggak Mau Kerja
Khofifah tidak ingin mahasiswa mencontoh Dimas Kanjeng yang mencari keuntungan tanpa bekerja keras.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengajak para mahasiswa bekerja keras untuk meraih sukses.
Hal itu disampaikan oleh Khofifah terkait adanya sejumlah warga yang menjadi pengikut Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur. Taat Pribadi selaku engasuh padepokan tersebut diyakini dapat menggandakan uang.
Menurut Khofifah, tidak ada acara instan mencapai keberhasilan.
"Saya enggak ingin Anda begitu (Dimas Kanjeng). Harus kerja, kerja keras, dan profesional," kata Khofifah di depan 1.400 mahasiswa penerima beasiswa bidik misi di Unnes Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (8/10/2016).
Bekerja keras harus menjadi etos kerja. Jika tidak, akan seperti orang mencari kesuksesan dengan jalan pintas.
Khofifah tidak ingin mahasiswa mencontoh Dimas Kanjeng yang mencari keuntungan tanpa bekerja keras.
"Orang mau dapat uang banyak, tapi enggak mau kerja. Saya tak ingin mahasiswa bidikmisi seperti itu. Maka, etos kerja dan produktivitas kita harus ditingkatkan," kata dia.
Khofifah juga sempat menyindir adanya lulusan kampus ternama yang menjadi pengikut setia Dimas Kanjeng. Ia meminta agar sikap seperti itu tidak ditiru oleh kalangan Nagaswara penerima beasiswa.
"Lupakan Dimas Kanjeng. Apalagi yang terhipnotis adalah graduated dari lulusan perguruan tinggi terkenal di negara adigdaya," kata dia.
Kemarin, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap warga Jateng yang masih berada di Padepokan Dimas Kanjeng kembali ke kediamannya masing-masing. Menurut dia, tidak ada orang yang kaya raya dengan cara yang aneh-aneh, termasuk menggandakan uang.
"Di tengah ekonomi sulit, ekspor sulit, roda ekonomi gak berputar, yang muncul penggandaan uang," kata Ganjar di Semarang, Jumat (7/10/2016).
Ganjar meminta warga Jateng pengikut Taat Pribadi untuk bertaubat. Mereka juga diminta kembali ke keluarganya.
Penulis : Kontributor Semarang, Nazar Nurdin