Politikus Gerindra Sebut Perekonomian dalam Kepemimpinan Jokowi Cenderung Stagnan
Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan mengatakan, secara umum perekonomian Indonesia sejak kepemimpinan Jokowi mengalami stagnasi yang serius.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan mengatakan, secara umum perekonomian Indonesia sejak kepemimpinan Jokowi mengalami stagnasi yang serius, bahkan menurun.
Indikatornya menurut Heri adalah, tahun 2014 ekonomi tumbuh 5,02 persen, kemudian tahun 2015 turun menjadi 4,8 persen.
Nilai ekspor pun kata dia menurun.
Data per Oktober nilai ekspor masih mencapai Rp 200 triliun, tapi per Mei 2016 nilai ekspor tinggal Rp 160 triliun.
"Artinya telah terjadi penurunan sebesar Rp 40 triliun," kata Heri di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (18/10/2016).
Politikus Partai Gerindra itu menuturkan, utang pemerintah pusat juga meningkat.
Oktober 2014 utang pemerintah Rp 2.600 triliun meningkat menjadi Rp 3.320 triliun per Mei 2016.
Beban utang tersebut menurut Heri terus menggerus cadangan devisa nasional yang hanya tersisa USD 103,56 miliar.
"Ini bisa dikualifikasikan sebagai posisi kritis di tengah nilai ekspor yang menurun dan tuntutan pembayaran utang ditambah bunga utang yang membengkak," katanya.
Keadaan tersebut menurutnya akan terus memberi kontraksi pada nilai tukar yang masih bertengger di kisaran Rp 13.000.
Masih kata Heri, struktur penerimaan pajak dalam APBN yang makin menurun, padahal lebih dari 80 persen penerimaan APBN bergantung pada pajak.
Kita memang tertolong dengan adanya hasil tax amnesty.
Namun, itu juga belum maksimal.
"Sebab selain repatriasi dana dari luar negeri belum memenuhi target, juga dampaknya pada ekonomi riil belum terukur," ujar Heri Gunawan.
Menurutnya stagnasi dan kemandegan ekonomi tersebut telah memberi dampak pada peningkatan tingkat pengangguran hingga 6,81 persen.
Kemudian kemiskinan absolut yang sudah mencapai 28,3 juta jiwa dan inflasi yang meningkat sebesar 5,73 persen.
Tidak berhenti samapai di situ, kata dia, Nilai tukar petani juga menurun dari angka 102,87 tahun 2014 menjadi 101,64 pada tahun 2016.
"Ini berarti bahwa kualitas kehidupan dan kesejahteraan petani juga belum terjamin secara maksimal," ucap Heri Gunawan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.