Leli Marlina Paralimpian Cabor Tenis Meja : “Difabel, Jangan Pernah Patah Semangat”
Musibah atau bencana bisa menimpa siapa saja,kapan saja tanpa di duga. Namun, yang terpenting dari berlangsungnya musibah adalah respon.
Editor: Content Writer
Musibah atau bencana bisa menimpa siapa saja,kapan saja tanpa di duga. Namun, yang terpenting dari berlangsungnya musibah adalah respon yang diberikan korban, meratapi nasib atau bangkit dari keadaan.
Pilihan bangkit dan mencatat prestasi gemilang ditunjukkan oleh Leli Marlina (18), Paralimpian Cabor Tenis Meja asal Riau.
Di usia empat tahun, Leli mengalami musibah tertimpa sebatang pohon kelapa di kakinya.
Musibah itu mengakibatkan salah satu kakinya menjadi remuk.
Akibatnya, Dokterpun memutuskan kaki Leli harus diamputasi. Leni yang masih belia harus menghadapi kenyataan kakinya diamputasi hingga lutut.
Selepas amputasi, keluarga berpikir semua penderitaan itu telah usai. Akan tetapi, proses amputasi masih berlanjut hingga tahap kedua.
Bisa dibayangkan bagaimana balita usia empat harus menghadapi operasi bedah pisau terhadap bagian dari tubuhnya.
Operasi tahap pertama berlangsung sampai lutut, sementara amputasi tahap kedua berlanjut hingga pertengahan betis.
Semenjak itu, Leli kecil harus tabah menghadapi kenyataan mana kala melihat kawan lainnya yang bisa berlari ke sana sini, sementara dirinya harus terus berjuang menjalani hidup.
Peristiwa pahit ini ternyata menderukan semangat pantang menyerah yang dimiliki Leli sejak kecil.
"Saya kemudian mencoba bermain tenis meja meski satu kaki. Tapi kalau pas latihan, saya dengan atlet normal. Saya jadi satu-satunya paralimpian kalau lagi latihan di Jambi, tapi semuanya baik-baik saja," katanya saat ditemui setelah Upacara Pengalungan Pemenang (UPP) di Gedung Tenis Indoor Universitas Pendidikan Indonesia, Jl Setiabudi, Kota Bandung, Selasa (18/10/2016).
Remaja kelas 3 SMA 1 Lukuwantan Riau ini menyebutkan, sikap pantang menyerahnya ini membuatnya intens berlatih sendiri di rumahnya, terutama selepas pulang sekolah dan atau bangun tidur.
Dia merasa latihan dan apalagi bertanding itu sangat menyenangkan,terlebih jadi banyak pengalaman dan teman. Bahkan dia pernah mengalami sempat terjatuh hingga berdarah karena saking semangatnya.
Menariknya, Leli enggan menggunakan kursi roda atau tongkat pembantu saat berlatih atau bertnading dimana pun. Ia selalu percaya diri meski harus berjalan satu kaki dan tertatih-tatih.