Indahnya Peran Bunda “Kedua” di Tempat Penitipan Anak Gedung Sate
Para ibu yang bekerja di gedung ikonik ini dapat menitipkan anaknya di day care tersebut dengan membayar Rp. 400.000 per bulan.
Editor: Content Writer
Bagi Dian maupun Sari, tugas utama bunda “kedua” di tempat tersebut adalah menciptakan suasana senyaman mungkin, sehingga anak-anak betah dan ingin terus belajar dan bermain di day care ini.
Para bunda ini berasal dari latar belakang berbeda-beda. Ada dua orang yang berasal dari latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sisanya ada yang dari dari lulusan sastra, pendidikan agama, ataupun administrasi.
Bagi mereka, meski latar pendidikan beda, namun yang menyatukan adalah karena senang anak-anak. Tak pernah ada beban terlihat dari raut wajah para bunda TPA Gedung Sate. Masalah yang mereka hadapi akan langsung sirna setelah bertemu anak-anak yang mereka asuh.
“Saya seneng banget bisa masuk ke dunia anak gini. Jadi nggak ada beban. Kadang kalo kita lagi nggak mood, anak-anak ini peka lho. Jadi, saya kalo mulai ketemu mereka langsung saya lupain aja itu semua masalah-masalah,”ujar Dian, bersemangat.
Para bunda juga ditekankan untuk tidak membatasi kreativitas anak-anak asuh mereka. Teman-teman “imajiner” yang dimiliki pun dibiarkan untuk dibawa masuk.
Sahabat imajinernya hingga barang kesayangan dipersilahkan masuk, seperti ada yang suka bawa selimut kesayangan, guling, atau apapun diperbolehkan.
Warna-warna ini tambah seru karena tantangan. Misalnya, di day care tersebut, ada tiga anak penyandang berkebutuhan khusus yang tetap bisa mereka tangani sekalipun tak ada yang menempuh jalur pendidikan khusus. Atau, seperti fenomena umumnya, ada yang main gadget terus. Ini pun bisa diarahkan para bunda kedua agar bisa meninggalkan dan lantas banyak bergerak saat di TPA.
Dian mengaku semua pengalaman ini demikian berkesan. Apalagi yang menitipkan anak makin naik tiap tahunnya. Dia mengaku sangat sedih apabila ada anak asuhannya yang dirawat sejak bayi hingga usia sekolah dasar harus keluar dari TPA tersebut.
“Saya pernah nangis tuh waktu ada yang keluar dari sini. Soalnya saya ngasuh dia dari bayi banget,” ujarnya nanar, sembari mengenang. (*)