Panglima TNI: Pemuda Harus Bersatu, Jangan Mudah Terprovokasi dan Terpecah Belah
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, pemuda Indonesia harus bersatu, jangan mudah terprovokasi dan terpecah belah.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, pemuda Indonesia harus bersatu, jangan mudah terprovokasi dan terpecah belah serta terhasut oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab dengan tujuan ingin memecah belah bangsa Indonesia.
"Mari kita bangkit bersama dan bersatu padu demi kejayaan Indonesia yang kita cintai bersama," kata Gatot kepada wartawan di kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jl Mayjen Sutoyo No. 2, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (17/11/2016).
Panglima TNI juga mengatakan bangsa Indonesia dapat merdeka karena pemudanya bersatu, saling bahu membahu, bergotong-royong dan meninggalkan segala egonya masing-masing bersama seluruh lapisan masyarakat berjuang dalam meraih kemerdekaan Indonesia.
"Mahasiswa sebagai tulang punggung dan pemersatu bangsa berjuang demi mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia," katanya.
"Kita akan menjadi bangsa pemenang, kuncinya adalah kita harus merawat Ke-bhinneka Tunggal Ika-an yang merupakan central of gravity bangsa Indonesia," tambahnya.
Menghadapi kompetisi global saat ini, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengajak seluruh komponen bangsa agar memahami situasi dan mewaspadai kompetisi tersebut.
Menurutnya, saat ini warga dunia hidup dalam kompetisi global, dimana hal tersebut akan berdampak terhadap negara Indonesia karena memiliki sumber daya alam yang melimpah.
"Indonesia merupakan tempat harapan hidup masa depan bagi semua bangsa," katanya.
Sementara itu, saat memberikan kuliah umum dihadapan seribuan mahasiswa dan mahasiswi UKI, Gatot menyampaikan bahwa ancaman nyata yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu proxy war yang dilakukan oleh negara-negara lain yang menginginkan kekayaan alam Indonesia, sehingga perlu diwaspadai.
"Indonesia sebagai negara equator yang sangat kaya akan sumber daya alam adalah warning yang perlu diwaspadai dan menjadi kekhawatiran bangsa Indonesia di masa yang akan datang," katanya.
Terkait aksi terorisme di Indonesia, Panglima TNI menegaskan bahwa pemberantasan aksi terorisme di Indonesia, diperlukan landasan konstitusional yang menjadi dasar dalam mengambil langkah preventif untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan negara dari bahaya terorisme.
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menjelaskan ada enam perspektif ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia di masa depan yaitu, menipisnya cadangan minyak dunia; meningkatnya jumlah penduduk dunia; berkurangnya sumber pangan, air dan energi; masalah terorisme; meningkatnya penyalahgunaan narkoba; dan persaingan ekonomi global yang ketat.
"Apabila perspektif ancaman bangsa Indonesia dimasa depan tidak dikelola dengan baik, maka bangsa Indonesia bisa bernasib sama seperti beberapa negara Arab Spring yang mengalami konflik atau perang saudara," kata Gatot.